Driver Ojol Samarinda Bertahan di Tengah Sepinya Orderan

SAMARINDA – Di tengah meningkatnya persaingan dan menurunnya jumlah pesanan, para pengemudi ojek online (ojol) di Kota Samarinda terus berjuang untuk mempertahankan pendapatan demi kebutuhan hidup. Salah satu di antaranya adalah Ari Dirga Saputra, pengemudi Maxim yang ditemui di kawasan Taman Makam Pahlawan Samarinda, Senin (10/11/2025).

Ari menceritakan perjalanan kariernya sebagai pengemudi ojol yang dimulai sejak masa pandemi Covid-19. Ia mengaku beralih profesi karena dampak ekonomi yang memukul tempat kerjanya terdahulu. “Saya mulai ngojol tahun 2020 karena waktu itu pandemi. Gaji di tempat kerja lama dipotong hampir 50 persen dan banyak teman yang kena PHK, jadi saya memutuskan berhenti dan cari penghasilan dari ojol,” ujarnya.

Meski telah lama berkecimpung di dunia transportasi daring, Ari mengakui tantangan ekonomi masih menjadi persoalan utama. Menurutnya, penghasilan yang diperoleh saat ini tidak lagi sebesar tahun-tahun awal ia bergabung sebagai driver. “Sekarang paling sehari dapat Rp100 sampai Rp150 ribu, itu pun kalau ramai. Kadang malah di bawah itu,” ungkapnya.

Selain pendapatan yang menurun, persaingan antar-driver juga semakin ketat seiring bertambahnya jumlah pengemudi baru di lapangan. “Sekarang banyak banget driver baru. Jadi orderan makin rebutan, kadang nunggu lama baru dapat satu order,” jelasnya.

Meski begitu, Ari menekankan pentingnya menjaga kejujuran dan kehati-hatian dalam menerima pesanan. Ia mengaku selalu memastikan keabsahan setiap order agar tidak terjebak penipuan. “Alhamdulillah sejauh ini belum pernah kena order fiktif karena saya selalu pastikan dulu sebelum ambil pesanan,” katanya.

Untuk tetap bertahan, Ari memilih bekerja hampir seharian penuh demi menambah peluang mendapatkan pelanggan. “Biasanya saya mulai jam setengah tujuh pagi sampai jam delapan atau sepuluh malam,” tambahnya.

Soal tarif, ia menilai sistem pembayaran yang diterapkan Maxim cukup stabil, meskipun terkadang tidak sepenuhnya sebanding dengan jarak tempuh perjalanan. “Kalau tarif ya aman-aman aja, paling kalau jarak jauh kayak empat kilometer ke atas masih Rp10 ribu, tapi saya enggak terlalu mempermasalahkan,” tuturnya.

Ari pun berharap pemerintah dan perusahaan transportasi daring dapat memberikan perhatian lebih terhadap kesejahteraan para pengemudi. Ia menilai peningkatan order dan perlindungan sosial merupakan kunci untuk menjaga semangat para mitra ojol di lapangan.

“Harapannya semoga ke depan orderan makin ramai dan semua driver bisa lebih sejahtera. Sekarang sih yang penting tetap semangat dan gacor terus,” pungkasnya dengan senyum optimis.

Kisah Ari mencerminkan realitas banyak pekerja sektor informal yang bergantung pada sistem digital transportasi daring. Di tengah tekanan ekonomi dan persaingan tinggi, semangat pantang menyerah menjadi modal utama mereka untuk terus bergerak dan bertahan di jalanan Samarinda. []

Penulis: Rifky Irlika Akbar | Penyunting: Aulia Setyaningrum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *