Shutdown AS Picu Kekacauan Bandara, Trump Lepas Ancaman Baru
WASHINGTON DC – Krisis politik akibat penutupan pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang sudah berlangsung lebih dari sebulan kini merambah sektor penerbangan nasional. Presiden AS, Donald Trump, kembali menebar ancaman kepada para operator lalu lintas udara (Air Traffic Controller/ATC) yang memilih absen selama masa shutdown. Ia menegaskan akan memotong gaji mereka dan bahkan membuka kemungkinan penggantian staf baru.
Melalui unggahan di platform media sosial Truth Social pada Senin (10/11/2025) waktu setempat, Trump menulis dengan nada keras bahwa seluruh petugas ATC harus segera kembali bekerja. “Semua petugas Pengendali Lalu Lintas Udara harus kembali bekerja, SEKARANG!!! Siapa pun yang tidak kembali bekerja akan dikurangi upahnya,” tegasnya.
Namun di sisi lain, Trump juga menjanjikan bonus besar senilai US$ 10.000 (sekitar Rp 166,9 juta) bagi petugas yang tetap bekerja selama masa penutupan pemerintah berlangsung. Ia menyebut mereka sebagai “patriot hebat” yang berjuang demi stabilitas negeri di tengah “Hoaks Shutdown Demokrat,” merujuk pada kebuntuan anggaran yang ia tuding disebabkan oleh Partai Demokrat.
Pernyataan keras Trump muncul setelah gangguan besar terjadi di sistem penerbangan AS akibat minimnya tenaga kerja aktif di bandara-bandara besar. Ribuan penerbangan dilaporkan dibatalkan atau tertunda, terutama karena kekurangan operator ATC yang berperan vital dalam mengatur arus lalu lintas udara.
Data kelompok perdagangan maskapai menyebutkan, pada akhir pekan lalu (8–9 November), sekitar 1,2 juta penumpang terdampak penundaan dan pembatalan penerbangan. Situasi ini diperparah oleh fakta bahwa banyak petugas bandara menolak masuk kerja lantaran bekerja tanpa bayaran selama 41 hari terakhir. Sebagian bahkan terpaksa mencari pekerjaan sampingan demi mencukupi kebutuhan keluarga.
“Shutdown ini membuat kami berada di posisi sulit. Kami diminta bekerja penuh tanpa gaji, sementara biaya hidup di kota besar terus berjalan,” ungkap salah satu petugas ATC yang tak mau disebut namanya, dikutip Reuters.
Trump dalam pernyataannya menuduh sebagian petugas memilih “bermalas-malasan” dan menyebut mereka tidak memiliki semangat patriotisme. “Untuk yang hanya mengeluh dan mengambil waktu libur, meskipun tahu akan dibayar penuh nanti, saya tidak senang dengan Anda,” kata Trump. Ia menambahkan bahwa siapa pun yang ingin keluar dari pekerjaannya “akan segera digantikan oleh patriot sejati” dengan dukungan peralatan modern yang tengah dipesan pemerintah.
Sementara itu, kalangan serikat pekerja dan oposisi Demokrat menilai ancaman Trump sebagai bentuk tekanan politik yang justru memperburuk keadaan. Mereka menilai solusi sesungguhnya bukan terletak pada ancaman terhadap pegawai, melainkan pada penyelesaian kebuntuan anggaran di Kongres.
Hingga kini, shutdown yang telah memasuki hari ke-41 itu belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Ribuan pegawai federal di berbagai sektor tetap bekerja tanpa kepastian upah, sementara publik AS mulai khawatir dampak panjangnya terhadap keamanan, ekonomi, dan layanan publik. []
Siti Sholehah.
