Aturan Keselamatan Longsor yang Wajib Diketahui

JAKARTA – Memasuki puncak musim hujan, ancaman tanah longsor kembali menjadi perhatian utama di sejumlah daerah rawan bencana. Fenomena ini kerap terjadi secara tiba-tiba dan dapat menimbulkan kerusakan besar jika tidak diantisipasi sejak dini. Karena itu, pemahaman mengenai tanda-tanda awal dan langkah penyelamatan sangat penting untuk mengurangi risiko.

Tanah longsor biasanya dipicu oleh perubahan kondisi lingkungan, terutama saat intensitas hujan meningkat. Menurut penjelasan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kondisi lapisan tanah yang jenuh air dapat menyebabkan struktur lereng melemah. Pada situasi ini, berbagai gejala awal kerap muncul, seperti retakan pada permukaan tanah, pohon yang mulai miring, hingga kerikil atau batu kecil yang berjatuhan dari tebing.

BNPB menekankan bahwa masyarakat perlu memberi perhatian khusus pada suara-suara tidak biasa dari lingkungan sekitar. “Perhatikan suara yang tidak biasa, seperti retakan pohon atau batu yang berbenturan,” sebagaimana tercantum dalam panduan resmi lembaga tersebut. Suara tersebut bisa menjadi tanda awal terjadinya pergeseran tanah.

Apabila terjadi longsor, warga disarankan menjauhi lahan miring atau daerah yang memperlihatkan potensi pergerakan tanah. BNPB juga mengingatkan agar masyarakat tidak melintasi jembatan, jalan layang, atau terowongan yang berpotensi rusak akibat pergeseran tanah. Untuk warga yang sedang berada di luar ruangan, lokasi aman yang jauh dari bangunan atau benda yang dapat runtuh menjadi prioritas.

Selain itu, perubahan warna air sungai menjadi lebih keruh dan kecoklatan bisa menjadi indikator bahwa material tanah mulai bergerak di hulu.

Selepas bencana, masyarakat diminta untuk tetap waspada. Jangan mendekati area yang baru saja terdampak karena kemungkinan longsor susulan masih ada. Pengecekan kondisi bangunan dan lingkungan sekitar perlu dilakukan untuk memastikan keamanan sebelum kembali menempati rumah.

Dalam panduan BNPB, masyarakat diimbau untuk berlindung sementara di tempat yang aman, seperti rumah kerabat atau lokasi pengungsian. Pemeriksaan terhadap anggota keluarga juga wajib dilakukan, terutama apabila terjadi situasi terpisah saat bencana berlangsung. Masyarakat diminta untuk segera melaporkan ke petugas jika ada anggota keluarga yang belum ditemukan.

Upaya memulihkan kondisi lingkungan juga menjadi langkah penting. Salah satunya dengan menanam kembali area yang telah longsor guna mengurangi potensi bencana di masa depan.

Berdasarkan penjelasan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), terdapat beragam faktor yang menyebabkan terjadinya longsor. Selain hujan dan kondisi lereng terjal, unsur lain seperti tanah yang tidak padat, batuan rapuh, getaran, hingga penggundulan hutan turut berperan besar. Aktivitas manusia seperti pembuangan sampah sembarangan atau penambahan beban di atas lereng juga dapat memperburuk kondisi kestabilan tanah.

Dengan memahami risiko serta langkah mitigasi ini, diharapkan masyarakat lebih siap menghadapi potensi bencana selama musim hujan. Kesiapsiagaan dan kewaspadaan menjadi kunci untuk meminimalisasi dampak longsor yang kerap datang tanpa peringatan. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *