Trump Turunkan Tarif Pangan Demi Redam Harga Tinggi

JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump kembali melakukan penyesuaian kebijakan tarif impor, kali ini dengan menurunkan bea masuk sejumlah komoditas pertanian utama. Langkah tersebut diumumkan pada Jumat (14/11/2025) dan mencakup produk seperti kopi, kakao, pisang, serta beberapa jenis daging sapi.

Kebijakan yang disampaikan Trump ini menjadi sorotan karena muncul di tengah tekanan politik domestik yang meningkat akibat tingginya harga bahan kebutuhan pokok. Rumah tangga Amerika, khususnya kelas menengah, disebut semakin terbebani oleh kenaikan harga pangan sepanjang tahun berjalan. Melansir Reuters, Senin (17/11/2025), langkah administratif ini juga menjadi upaya meredam dampak tarif baru yang diberlakukan sejak awal tahun dan menyebabkan distributor bahan pangan menaikkan harga jual.

Dalam revisi kebijakan tersebut, Trump turut memberikan pengecualian tarif bagi beberapa komoditas hortikultura, seperti tomat, alpukat, kelapa, jeruk, dan nanas. Teh hitam serta hijau juga mendapatkan keringanan, begitu pula sejumlah rempah-rempah termasuk kayu manis dan pala. Pemberian pengecualian ini sekaligus menandai perubahan pendekatan Trump dari yang sebelumnya bersifat proteksionis. Selama beberapa tahun terakhir, Trump berulang kali menegaskan bahwa tarif tinggi diperlukan untuk menjaga industri dalam negeri dan melindungi lapangan kerja. Namun, kenyataannya harga pangan terus menunjukkan tren kenaikan, memicu kritik publik.

“Langkah tersebut dilakukan setelah sejumlah distributor bahan pangan termasuk daging, kopi, dan cokelat menaikkan harga akibat tarif baru yang berlaku tahun ini,” tulis laporan tersebut.

Pengumuman penurunan tarif ini terjadi sehari setelah AS menyelesaikan kerangka kerja perdagangan baru dengan empat negara Amerika Latin: Argentina, Guatemala, El Salvador, dan Ekuador. Selain menentukan tarif tetap untuk sebagian besar produk, kesepakatan ini juga menetapkan bahwa barang yang tidak diproduksi AS dalam jumlah memadai — seperti kopi dan pisang — tidak akan dikenakan kenaikan tarif tambahan.

Kenaikan harga pangan memang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Indeks harga konsumen mencatat kenaikan 2,7% untuk kategori makanan rumahan pada September. Para analis menilai penurunan tarif dapat menahan laju inflasi pangan, meski faktor global seperti pasokan ketat tetap berperan, terutama pada komoditas kopi dan daging sapi.

Harga daging sapi di AS melonjak tajam akibat tarif terhadap pemasok utama seperti Brasil, Australia, Selandia Baru, dan Uruguay. Brasil bahkan menghadapi tarif efektif hingga 75%, membuat ekspor mereka ke AS menurun di tengah populasi ternak AS yang menyusut ke level terendah dalam 75 tahun.

Sementara itu, harga kopi bubuk mencapai rekor US$ 8,41 per pon pada Juli, naik 33% dibandingkan tahun sebelumnya. Tarif 50% terhadap kopi asal Brasil turut memperkuat kenaikan harga secara nasional, dengan Vietnam dan Kolombia ikut terdampak. Kondisi serupa juga terjadi pada kakao, yang mencapai level tertinggi setelah tiga tahun gagal panen di Pantai Gading dan Ghana. Perusahaan besar seperti Hershey bahkan memperkirakan beban tarif mencapai US$ 160–170 juta tahun ini. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *