Maduro: Latihan AS di Karibia Ancaman untuk Venezuela
JAKARTA – Ketegangan geopolitik di kawasan Karibia kembali meningkat setelah Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, mengeluarkan kecaman keras terhadap latihan militer gabungan yang digelar Amerika Serikat bersama Trinidad dan Tobago. Menurut Maduro, kegiatan militer tersebut bukan hanya provokatif, tetapi juga mengancam stabilitas kawasan serta kedaulatan Venezuela.
Latihan militer yang menjadi sorotan itu dilakukan di perairan dekat negara bagian Sucre, wilayah yang dianggap strategis karena berbatasan langsung dengan jalur maritim Venezuela. Dalam sebuah acara di Caracas, Maduro menyampaikan kritiknya dengan nada tegas dan menuduh negara tetangga tersebut memfasilitasi aksi militer yang diarahkan untuk menekan pemerintahannya.
“Pemerintah Trinidad dan Tobago sekali lagi mengumumkan latihan yang tidak bertanggung jawab, meminjamkan perairannya di lepas pantai negara bagian Sucre untuk latihan militer yang dimaksudkan untuk mengancam republik seperti Venezuela, yang tidak membiarkan dirinya diancam oleh siapa pun,” kata Maduro, dilaporkan AFP, Minggu (16/11/2025).
Sebagai bentuk penolakan, Maduro menyerukan mobilisasi massa di negara bagian timur Venezuela. Ia meminta pendukungnya untuk mengadakan “aksi berjaga dan pawai permanen di jalan-jalan” selama latihan yang dijadwalkan berlangsung pada 16-21 November. Seruan tersebut memperlihatkan bagaimana pemerintah Venezuela mencoba menunjukkan kekuatan politik domestik di tengah tekanan eksternal.
Ketegangan ini muncul di tengah meningkatnya aktivitas militer Amerika Serikat di Amerika Latin dalam beberapa pekan terakhir. Washington telah mengerahkan kapal perang, jet tempur, serta ribuan tentara dalam operasi yang diklaim sebagai upaya pemberantasan jaringan narkotika. Laporan menyebut AS telah melancarkan serangan terhadap 21 kapal yang diduga milik penyelundup, dan aksi tersebut menyebabkan sedikitnya 80 orang tewas.
Namun, tindakan ini menuai kritik tajam dari kelompok hak asasi manusia. Mereka mempertanyakan legalitas operasi tersebut dan menyoroti minimnya bukti atas klaim bahwa target serangan adalah penyelundup narkoba. Penilaian ini memunculkan dugaan baru dari pemerintah Venezuela yang mencurigai aktivitas militer AS sebagai bagian dari strategi untuk “menggulingkan” pemerintahan Maduro.
Sebelumnya, pada Oktober lalu, sebuah kapal perusak berpeluru kendali Amerika Serikat juga sempat berlabuh selama empat hari di Trinidad. Kehadiran kapal tersebut, yang berada dalam jarak tembak dari wilayah Venezuela, dianggap pemerintah Maduro sebagai bentuk “provokasi” langsung.
Latihan militer terbaru bersama Trinidad dan Tobago ini pun menjadi yang kedua dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, mempertegas eskalasi hubungan yang semakin memanas di kawasan. Para analis menilai bahwa manuver ini dapat memperburuk hubungan antara Washington dan Caracas, terutama jika Venezuela menanggapinya dengan langkah militer atau politik yang lebih tegas.
Bagi kawasan Karibia yang rentan terhadap ketidakstabilan, rangkaian peristiwa ini menjadi sinyal risiko meningkatnya ketegangan regional. Pemerintah Venezuela menegaskan tetap waspada dan menolak segala bentuk campur tangan asing, sementara Amerika Serikat tetap mempertahankan operasi militernya dengan dalih memerangi organisasi kriminal.
Situasi ini diperkirakan akan terus berkembang seiring berlangsungnya latihan militer tersebut, sementara perhatian internasional tertuju pada bagaimana kedua pihak mengelola ketegangan di perairan sensitif Karibia. []
Siti Sholehah.
