Junta Myanmar Gerebek Pusat Penipuan Online
NAYPYIDAW – Militer Myanmar kembali menunjukkan langkah tegasnya dalam menangani maraknya aktivitas penipuan daring di wilayah perbatasan. Dalam sebuah operasi besar di kompleks Shwe Kokko, pasukan junta menggerebek markas yang diduga menjadi pusat aktivitas scam online dan menangkap ratusan orang asing yang terlibat dalam jaringan tersebut.
Media lokal The Global New Light of Myanmar melaporkan, operasi berlangsung pada Selasa (18/11/2025) pagi waktu setempat. Lokasi tersebut berada di dekat perbatasan Thailand, wilayah yang sejak lama dikenal sebagai pusat aktivitas ilegal berbasis internet.
“Selama operasi tersebut, sebanyak 346 warga negara asing yang saat ini sedang diselidiki telah ditangkap,” demikian laporan media tersebut.
Tak hanya itu, aparat juga menyita hampir 10.000 perangkat ponsel yang diduga digunakan untuk menjalankan operasi judi dan penipuan daring lintas negara.
“Nyaris 10.000 ponsel yang digunakan dalam operasi judi online juga disita,” imbuh laporan itu.
Sejak kudeta pada 2021, wilayah perbatasan Myanmar menjadi lahan subur bagi berkembangnya markas penipuan dan judi online. Konflik berkepanjangan membuat pengawasan melemah dan membuka celah bagi kelompok bersenjata, perusahaan bayangan, serta jaringan kriminal transnasional untuk membangun basis operasi. Aktivitas tersebut bahkan disebut mampu menghasilkan keuntungan hingga puluhan miliar dolar Amerika Serikat setiap tahunnya.
Modus penipuan yang dijalankan meliputi penipuan asmara, investasi palsu, hingga bisnis digital fiktif. Para pelaku memanfaatkan teknologi untuk menargetkan korban dari berbagai negara, termasuk dari Asia Tenggara, Amerika, dan Eropa.
Namun, junta Myanmar selama ini dituduh menutup mata terhadap maraknya praktik tersebut. Beberapa pengamat menyebut operasi-operasi yang belakangan digencarkan sebagai bagian dari tekanan diplomatik, terutama setelah pemerintah China mengecam keras maraknya keterlibatan warga negaranya dalam jaringan scam tersebut.
Menurut sejumlah pemantau, penindakan yang dimulai Februari lalu merupakan hasil lobi intensif dari Beijing, yang disebut sebagai sekutu utama militer Myanmar. Operasi terbaru ini dinilai menjadi langkah junta untuk meredakan tekanan tanpa memutus sepenuhnya aliran dana yang turut memperkaya kelompok-kelompok milisi di wilayah tersebut.
Di sisi lain, junta menyalahkan kelompok oposisi bersenjata karena dianggap membiarkan operasional markas scam berlangsung di wilayah-wilayah yang mereka kuasai. Militer mengklaim kini mulai melancarkan penertiban setelah merebut kembali sejumlah titik kendali.
Dalam laporan yang sama, disebutkan perusahaan bernama Yatai, milik warga China-Kamboja She Zhijiang, merupakan salah satu entitas yang terlibat dalam pengelolaan area Shwe Kokko. She sendiri ditangkap di Thailand pada 2022 dan pekan lalu diekstradisi ke China untuk menghadapi dakwaan terkait perjudian dan penipuan internasional. Ia dan perusahaannya telah masuk dalam daftar sanksi Amerika Serikat dan Inggris.
Pada Oktober lalu, junta juga melakukan penggerebekan besar-besaran di kawasan KK Park, tak jauh dari Shwe Kokko. Dalam operasi itu, lebih dari 600 bangunan dihancurkan, memicu eksodus ribuan orang ke perbatasan Thailand. Di antara mereka, 26 orang diketahui merupakan warga negara Indonesia.
Operasi di Shwe Kokko ini kembali menyoroti bagaimana kejahatan siber lintas batas negara makin kompleks dan melibatkan jaringan global, sekaligus menguji komitmen junta Myanmar dalam menangani kejahatan yang merugikan internasional. []
Siti Sholehah.
