Pelaku Penabrakan Parade Liverpool Akui Bersalah

JAKARTA — Persidangan terhadap Paul Doyle, warga Inggris yang menabrakkan mobilnya ke kerumunan penggemar Liverpool saat parade kemenangan klub tersebut, memasuki babak krusial. Doyle akhirnya mengakui perbuatannya setelah sebelumnya membantah seluruh tuduhan. Insiden dramatis yang terjadi pada Mei 2025 itu menyebabkan ratusan orang terluka dan meninggalkan trauma mendalam bagi korban.

Dilansir AFP, Rabu (26/11/2025), Doyle yang merupakan mantan anggota militer Inggris, awalnya menyangkal 31 dakwaan yang ditujukan kepadanya. Dakwaan tersebut mencakup tindakan melukai dengan sengaja, mengemudi berbahaya, hingga pengkhianatan karena menyerang warga sipil dalam situasi damai. Namun pada hari kedua persidangan, suasana berubah. Doyle tampak emosional dan terisak saat menyatakan pengakuan bersalah atas seluruh tuduhan.

Hakim Andrew Menary memperingatkan terdakwa agar mempersiapkan diri menghadapi hukuman berat. “Mempersiapkan diri menghadapi hukuman penahanan yang cukup lama,” ujarnya, mengindikasikan bahwa konsekuensi hukum yang akan dijatuhkan kemungkinan signifikan. Putusan dijadwalkan akan diumumkan pada 15 Desember mendatang.

Insiden itu berlangsung usai parade kemenangan Liverpool pada 26 Mei 2025. Doyle, yang mengendarai Ford Galaxy Titanium, menerobos kerumunan yang sedang meninggalkan lokasi perayaan. Menurut kepolisian Merseyside, setidaknya 134 orang mengalami luka-luka, di antaranya bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Meskipun tidak ada korban jiwa, lebih dari 50 orang harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Kepolisian menyatakan insiden ini bukan tergolong aksi terorisme. Namun, motif Doyle masih belum sepenuhnya terungkap. Yang jelas, rekaman dashcam dari kendaraannya menunjukkan bahwa perbuatannya dilakukan dengan sengaja.

Sarah Hammond, Jaksa Penuntut Utama Crown Prosecution Service, menegaskan hal itu. “Mengemudikan kendaraan ke kerumunan orang adalah tindakan kekerasan yang diperhitungkan,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa tindakan Doyle bukanlah kelalaian atau kesalahan sesaat. “Ini bukan kelalaian sesaat yang dilakukan oleh Paul Doyle — ini adalah pilihan yang dibuatnya hari itu dan mengubah perayaan menjadi kekacauan,” tegas Hammond.

Di hadapan persidangan, Doyle belum menjelaskan alasan di balik aksinya yang membahayakan nyawa banyak orang tersebut. Pengakuannya yang baru muncul dalam tahap lanjutan sidang memunculkan pertanyaan tentang kondisi mental, latar belakang militer, dan kemungkinan adanya tekanan psikologis dalam dirinya.

Meski demikian, publik dan keluarga korban berharap kasus ini menjadi perhatian serius, terutama menyangkut keamanan dalam acara publik dan pengawasan terhadap individu berisiko tinggi. Keputusan pengadilan pada 15 Desember mendatang menjadi momen yang dinantikan, tidak hanya oleh korban, tetapi juga oleh masyarakat luas yang mengecam tindakan tersebut. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *