Joget Politik Maduro Lawan Tekanan AS

JAKARTA – Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela terus meningkat setelah Washington memperluas operasi militernya di kawasan Amerika Latin, khususnya wilayah Karibia yang berdekatan dengan Venezuela. Langkah AS ini ditengarai berkaitan dengan tekanan terhadap pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, yang selama ini dikenal berseberangan dengan kebijakan Washington.

Sejak Agustus lalu, AS diketahui mengerahkan personel Marinir, kapal perang, kapal induk, jet tempur siluman, pesawat pengebom, kapal selam bertenaga nuklir, hingga drone militer ke sekitar wilayah Venezuela. Penempatan kekuatan militer ini memicu spekulasi mengenai kemungkinan adanya operasi militer yang bertujuan menggulingkan rezim Maduro.

Peningkatan aktivitas militer tersebut memengaruhi sektor penerbangan sipil di wilayah udara Venezuela. Otoritas Penerbangan Federal AS (FAA) mengeluarkan peringatan resmi kepada maskapai sipil. “Ancaman-ancaman dapat menimbulkan risiko potensial bagi pesawat di semua ketinggian, termasuk selama penerbangan lintas udara, fase kedatangan dan keberangkatan penerbangan, dan/atau bandara dan pesawat di darat,” demikian bunyi peringatan FAA yang dirilis pada Jumat (22/11/2025).

Langkah ini muncul beberapa hari sebelum penerapan status organisasi terorisme terhadap kartel narkoba yang diduga dipimpin oleh Maduro. Kebijakan tersebut dinilai sejumlah pihak dapat menjadi pintu masuk legitimasi aksi militer AS.

Dalam rentang awal September, militer AS diketahui melancarkan serangan terhadap lebih dari 20 kapal yang dituding menyelundupkan narkoba di Laut Karibia dan Samudra Pasifik bagian timur, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 80 orang.

Presiden AS Donald Trump menegaskan tidak menutup kemungkinan pengerahan pasukan ke Venezuela. “Saya tidak mengesampingkan kemungkinan itu. Saya tidak mengesampingkan kemungkinan apa pun,” tegas Trump ketika ditanya oleh wartawan di Gedung Putih, Senin (17/11/2025), mengenai opsi pengerahan pasukan.

Namun, Trump juga membuka peluang adanya komunikasi diplomatik. Ia mengatakan, dirinya “mungkin” akan melakukan pembicaraan langsung dengan Maduro.

Sementara itu, Maduro memberikan respons tidak biasa dan mencuri perhatian publik. Dilansir Al-Jazeera dan Daily Mail, Presiden Venezuela itu tampil di atas panggung, berjoget ala Trump sambil diiringi musik remix pidatonya sendiri yang berbunyi ‘No crazy war, no crazy war, no, no, no, no’. Lewat aksi panggung tersebut, dia menyerukan pesan perdamaian kepada generasi muda Venezuela.

Dia juga meminta anak muda Venezuela menjalin koneksi dengan pelajar di Amerika Serikat untuk mendukung dialog, bukan konflik. “Dialog, ya. Perdamaian, ya. Menghormati, ya. Perang? Para pelajar, dengarkan saya, perang, tidak. Jangan, jangan ada perang,” ujarnya.

Juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly, turut menanggapi aksi viral Maduro dengan menyebut, “Gerakan khas dan aura tak tertandingi Presiden Trump sering ditiru, tetapi tidak pernah diduplikasi.”

Dalam pernyataan terpisah, Maduro menegaskan bahwa Venezuela ‘tidak terkalahkan’ dan tetap kuat menghadapi tekanan Amerika. Ia menyampaikan terima kasih atas dukungan masyarakat di tengah “perang psikologis dan politik” yang berlangsung selama berbulan-bulan.

Situasi ini kini memasuki fase diplomasi yang dinamis, dengan laporan bahwa dialog antara Maduro dan Trump sedang dalam tahap perencanaan, meski belum dijadwalkan secara pasti. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *