Publik Israel Tolak Pengampunan untuk Netanyahu

TEL AVIV – Permintaan pengampunan yang diajukan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memicu reaksi cepat dari publik. Hanya beberapa jam setelah Netanyahu menyampaikan bahwa dirinya meminta pengampunan penuh kepada Presiden Isaac Herzog atas kasus korupsi yang menyeretnya, gelombang demonstrasi langsung mengalir ke jalanan Tel Aviv. Masyarakat yang menolak langkah tersebut menilai permohonan sang perdana menteri sebagai bentuk upaya menghindari tanggung jawab hukum.

Aksi protes berlangsung pada Minggu (30/11/2025) malam di depan kediaman pribadi Herzog. Massa yang hadir terdiri dari aktivis, warga sipil, serta sejumlah tokoh oposisi. Media seperti Al Jazeera dan TRT World melaporkan bahwa para demonstran berkumpul tak lama setelah Netanyahu mengumumkan permohonan pengampunan itu, meski ia tidak menyampaikan pengakuan bersalah ataupun penyesalan dalam pernyataannya.

Anggota parlemen oposisi, termasuk Naama Lazimi, turut berada di tengah kerumunan. Mereka membawa simbol-simbol protes yang ditujukan kepada Netanyahu. Salah satu aksi yang paling mencolok adalah slogan besar “Pengampunan = Republik Pisang”, dipajang di atas tumpukan pisang yang disusun sebagai bentuk sindiran bahwa permintaan pengampunan tersebut dianggap mencederai prinsip negara hukum.

Di sela-sela demonstrasi, sejumlah peserta mengenakan properti khusus, termasuk seorang demonstran yang memakai topeng wajah Netanyahu dan baju tahanan warna oranye, menggambarkan tuntutan agar proses hukum tetap berjalan. Kritik yang disuarakan massa juga tercermin dalam spanduk bertuliskan kecaman terhadap Netanyahu atas krisis politik yang tengah dialami negara itu. Mereka meneriakkan kalimat seperti “Anda adalah pemimpin; Anda yang bersalah”.

Aktivis antipemerintah Shikma Bressler menegaskan penolakannya terhadap permintaan pengampunan tersebut. “Dia meminta agar persidangannya dibatalkan sepenuhnya tanpa bertanggung jawab, tanpa membayar harga untuk bagaimana dia menghancurkan negara ini. Rakyat Israel memahami apa yang dipertaruhkan, dan ini benar-benar menyangkut masa depan negara kita,” ujarnya.

Netanyahu, yang memegang rekor sebagai PM terlama di Israel, telah menjalani proses peradilan selama lima tahun terakhir terkait tiga kasus korupsi yang mencakup dakwaan penyuapan, penipuan, serta pelanggaran kepercayaan. Dalam sistem peradilan Israel, pengampunan umumnya diberikan setelah proses hukum selesai dan hanya kepada mereka yang telah dinyatakan bersalah. Karena itu, permintaan Netanyahu dianggap tidak lazim dan menimbulkan reaksi keras dari oposisi.

Pemimpin oposisi Yair Lapid menilai permintaan pengampunan tersebut tidak layak dikabulkan. Ia menegaskan bahwa Netanyahu hanya dapat dipertimbangkan mendapat pengampunan jika bersedia mengaku bersalah, menyampaikan penyesalan, dan mundur dari kehidupan politik. Sementara itu, Yair Golan, mantan wakil kepala militer Israel, mendesak Netanyahu segera mengundurkan diri. “Hanya orang bersalah yang mencari pengampunan,” tegasnya.

Kantor kepresidenan Israel mengonfirmasi bahwa permohonan tersebut telah diterima. Dalam pernyataannya, pihak istana menyebut langkah Netanyahu sebagai “permintaan luar biasa” yang memiliki konsekuensi politik dan hukum yang signifikan. “Ini merupakan permintaan luar biasa, yang membawa implikasi signifikan. Setelah menerima semua pendapat yang relevan, presiden akan mempertimbangkan permintaan tersebut secara bertanggung jawab dan tulus,” demikian pernyataan resmi kantor kepresidenan.

Arah keputusan Herzog kini menjadi perhatian publik, sementara tekanan dari demonstran terus bertambah. Bagi banyak warga, isu tersebut tak hanya soal kasus pribadi Netanyahu, tetapi juga masa depan sistem hukum dan demokrasi Israel. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *