Kunjungan Putin ke India Kirim Sinyal ke Barat
JAKARTA – Kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke India pada Kamis (04/12/2025) mencerminkan upaya kedua negara untuk mempertahankan hubungan yang telah terjalin selama puluhan tahun, sekaligus mengirim sinyal penting di tengah memanasnya dinamika geopolitik dunia. Kunjungan selama dua hari itu dilakukan atas undangan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) India–Rusia ke-23 di New Delhi. Ini menjadi kunjungan pertama Putin sejak Rusia memulai invasi besar-besaran ke Ukraina pada 2022.
Baik Moskow maupun New Delhi menegaskan kembali komitmen memperkuat “kemitraan strategis khusus dan istimewa”, sebuah istilah yang telah digunakannya sejak 2010 untuk menggambarkan hubungan bilateral mereka. Kementerian Luar Negeri India menyebut pertemuan tersebut juga akan dimanfaatkan untuk bertukar pandangan mengenai isu-isu regional dan global yang menjadi kepentingan bersama.
Menjelang KTT, Kremlin menekankan pentingnya menjaga stabilitas hubungan ekonomi kedua negara. Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa tekanan eksternal terhadap perdagangan Rusia–India harus diantisipasi. “Kita harus mengamankan perdagangan kita dari tekanan luar negeri,” ujarnya. Ia menambahkan, pembahasan mengenai mekanisme pembayaran alternatif untuk menghindari sanksi tengah digodok.
Peskov juga menyinggung isu tenaga kerja, menyusul semakin banyaknya warga India yang bekerja di Rusia. Selain itu, ia menyoroti kelanjutan kerja sama pertahanan, termasuk penjualan sistem rudal S-400, pesawat tempur Sukhoi-57, serta teknologi reaktor nuklir modular kecil (SMR).
India masih menjadi pasar terbesar bagi Moskow dalam penjualan alutsista. Di sektor energi, Rusia kini memasok lebih dari 35 persen kebutuhan minyak mentah India, meski angka tersebut sempat berada di kisaran 2 persen sebelum pecahnya perang Ukraina. Namun, lembaga intelijen maritim Kpler mencatat bahwa tekanan terbaru AS terhadap pihak-pihak yang membeli minyak Rusia mulai mendorong kilang India mencari pemasok tambahan.
Sejumlah pakar menilai kunjungan Putin menunjukkan bahwa hubungan India–Rusia tetap solid meski ada tekanan Barat. “Kunjungan Putin mengirim pesan jelas ke blok Barat bahwa Rusia tidak terisolasi dalam urusan global,” ujar Rajan Kumar dari Centre of Russian Studies, Universitas Jawaharlal Nehru. Menurutnya, India memanfaatkan hubungan tersebut untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan dengan Barat dan persaingan dengan Cina.
Kumar menyebut kebijakan luar negeri AS yang tidak selalu konsisten membuat India berhati-hati. “Mengisolasi Rusia berarti mendorongnya semakin dekat ke Cina, sesuatu yang tidak diinginkan India,” katanya. Moskow sendiri, kata Kumar, memiliki kalkulasi serupa karena menyadari meningkatnya pengaruh Beijing di panggung global.
Hubungan India–Rusia berakar pada sejarah panjang sejak kemerdekaan India tahun 1947. Dukungan Moskow terhadap modernisasi industri, sikap Uni Soviet dalam konflik Kashmir, hingga keberpihakan Rusia pada India dalam perang melawan Pakistan pada 1971 memperkuat ikatan kedua negara. Setelah era Perang Dingin, kerja sama itu melebar ke sektor luar angkasa, energi nuklir, dan produksi persenjataan.
Di tengah tekanan global akibat perang Ukraina, India tetap mempertahankan sikap diplomatis yang tidak memusuhi Rusia maupun Barat. Mantan duta besar India untuk Rusia, D Bala Venkatesh Varma, mengatakan kepercayaan strategis yang terbangun selama puluhan tahun kini menjadi modal penting di tengah tarik-menarik geopolitik antara AS dan Cina.
Pengamat hubungan internasional Harsh Pant dari Observer Research Foundation (ORF) menilai bahwa AS mungkin mendorong India mengurangi ketergantungannya terhadap Rusia, namun India menganggap kemitraan pertahanan dan energi dengan Moskow terlalu vital untuk dilepaskan. Menurutnya, stabilitas dalam hubungan India–Rusia justru memberi New Delhi ruang untuk bermanuver tanpa kehilangan otonomi strategis.
Pandangan itu diamini mantan Menteri Luar Negeri India, Kanwal Sibal. Ia menilai kehadiran Putin di Delhi menegaskan bahwa India menjalankan kebijakan luar negeri berdasarkan kepentingannya sendiri. “AS tidak bisa mendikte kebijakan luar negeri India. Kita harus mengakomodasi sekaligus menolak tekanan jika perlu,” ujarnya.
Menurut Sibal, India dapat memperkuat kerja sama pertahanan dengan AS sekaligus mempertahankan kemitraan mendalam dengan Rusia. “Kunjungan Putin menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri India beroperasi berdasarkan syaratnya sendiri, bukan preferensi Washington,” katanya. []
Siti Sholehah.
