Kolombia Selidiki Jenazah Terdampar Diduga Korban Serangan AS

JAKARTA – Fenomena terdamparnya sejumlah jenazah di pesisir utara Kolombia memicu perhatian publik sekaligus membuka kembali perdebatan mengenai operasi militer Amerika Serikat di kawasan Karibia dan Pasifik Timur. Presiden Kolombia, Gustavo Petro, segera memerintahkan penyelidikan menyeluruh setelah mayat-mayat tersebut ditemukan mengapung dan terhempas ke pantai La Guajira, wilayah paling utara negara itu yang berbatasan langsung dengan Venezuela.

Melalui unggahan foto dan video di platform X, Petro menunjukkan kondisi jenazah yang ditemukan warga serta aparat setempat. Temuan itu memunculkan dugaan kuat bahwa mereka merupakan korban dari serangkaian serangan Amerika Serikat terhadap kapal-kapal yang dicurigai mengangkut narkotika di perairan Karibia. Dugaan ini menguat karena wilayah yang menjadi lokasi penemuan jenazah berada tidak jauh dari jalur operasi militer yang selama beberapa bulan terakhir digencarkan Washington.

Presiden Petro menegaskan bahwa pemerintahannya akan menelusuri identitas serta asal-usul para korban. “Mayat-mayat ditemukan di ujung utara La Guajira. Kami menunggu identifikasi oleh tim forensik,” kata Petro dalam pernyataannya. Ia menambahkan bahwa jenazah tersebut pertama kali terlihat mengambang di laut lepas sebelum akhirnya terseret arus menuju pantai.

Lebih lanjut, Petro menyatakan telah meminta para ahli forensik untuk bekerja sama dengan kejaksaan Venezuela guna mencari tahu apakah para korban berkewarganegaraan Venezuela atau negara lain yang kerap menjadi jalur migrasi dan penyelundupan. “Kemungkinan mereka tewas akibat pengeboman di laut,” ujar Petro, merujuk pada operasi penindakan terhadap kapal yang dicurigai membawa narkoba.

Dalam beberapa bulan terakhir, Amerika Serikat dikabarkan telah melancarkan sedikitnya 22 serangan terhadap kapal yang diduga terlibat dalam perdagangan narkotika sejak September. Berdasarkan data otoritas AS, rentetan operasi tersebut mengakibatkan setidaknya 87 orang tewas. Namun, laporan ini memicu kritik dari berbagai pihak yang menilai pendekatan militer secara langsung berpotensi menimbulkan korban sipil atau pekerja migran yang tidak terkait dengan jaringan kartel narkoba.

Operasi militer AS di kawasan Amerika Latin meningkat signifikan sejak masa pemerintahan Presiden Donald Trump. Washington mengerahkan beragam armada dan peralatan tempur, termasuk kapal perang, drone, jet tempur, pesawat pengebom, hingga kapal selam ke kawasan tersebut. AS beralasan bahwa langkah itu merupakan bagian dari perang besar terhadap narkotika yang mengalir ke Amerika Utara.

Sementara itu, pemerintah Kolombia menilai perlu adanya transparansi lebih besar dari Washington mengenai operasi-operasi tersebut, khususnya jika berdampak pada masyarakat sipil dan wilayah kedaulatan negara lain. Temuan mayat-mayat di La Guajira kini menjadi titik fokus baru dalam hubungan Kolombia–AS, sekaligus menjadi pekerjaan besar bagi otoritas forensik untuk memastikan identitas korban serta penyebab kematiannya secara lebih akurat. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *