Fakultas Pertanian Ditantang Pemkot Teliti Lahan Gambut
PONTIANAK – Pemerintah Kota Pontianak menantang para lulusan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura melakukan penelitian tentang lahan gambut sehingga berbagai masalah terkait gambut bisa dicarikan solusinya.
“Saya tantang kepada para lulusan Fakultas Pertanian Untan untuk melakukan berbagai penelitian tentang lahan gambut, agar lahan itu memberikan kemajuan dalam hal pertanian masyarakat dan tidak menyebabkan asap di musim kemarau,” kata Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, di Pontianak, Jumat (30/10).
Ia menjelaskan hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menjawab permasalahan yang sering melanda pada lahan gambut, misalnya di wilayah Pontianak Utara di mana areal gambut cukup luas namun hampir tidak pernah terjadi kebakaran lahan.
“Kami sudah anggarkan untuk eksperimen dan penelitian serta melakukan segala sesuatu pada lahan gambut,” ungkapnya.
Selain itu, tantangan lainnya yakni bagaimana meningkatkan produksi tanaman talas di lahan gambut. Menurutnya, saat ini tumbuhan talas yang ditanam dengan teknik biasa di Pontianak, dengan lahan seluas satu hektare mampu memproduksi talas sebanyak 20 ton.
Untuk itu, tantangan bagi Fakultas Pertanian bagaimana meningkatkan hasil pertanian talas itu, hingga bisa mencapai 30 ton.
“Kalau itu bisa, saya pastikan itu akan dilirik oleh negara ini bahwa Pontianak dan sekitarnya yang berlahan gambut akan ditanami talas itu, dan mungkin juga akan dibangun pabrik pengolahannya untuk dijadikan tepung. Talas Pontianak tidak kalah dengan talas Bogor, karena harganya lebih mahal, yakni begitu dipanen harganya Rp15 ribu,” ujar Sutarmidji.
Beberapa kerja sama yang sudah dijalin Pemkot dengan Untan diantaranya dengan Fakultas Teknik. Sebagaimana diketahui, Pemkot Pontianak telah menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Pemerintah Denmark khususnya Kota Bornholm.
“Kesepakatan ini akan kami realisasikan dengan mengirim tim yang juga melibatkan mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Lingkungan serta siswa dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),” katanya.
Sebelumnya, Pemkot Pontianak juga pernah bekerja sama dengan Untan dalam pembenahan PDAM Tirta Khatulistiwa. Dalam kerja sama itu, PDAM berhasil membukukan keuntungan senilai Rp15 miliar.
Padahal sebelumnya, PDAM pernah mengalami kerugian senilai Rp1,2 miliar. “Ini merupakan salah satu keberhasilan dalam bentuk kerja sama dengan pihak Untan,” ujarnya.
Keberhasilan lainnya, kerja sama yang terjalin dengan Fakultas Ekonomi Untan melalui pendampingan dalam tata kelola keuangan. Pemkot Pontianak berhasil meraih empat kali opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Lebih membanggakan lagi, dengan pendampingan beberapa dosen Fakultas Ekonomi Untan, Pemkot Pontianak tahun ini sudah mulai menerapkan tata kelola keuangan dengan sistem akrual basis.
Padahal, penerapan akrual basis itu baru diberlakukan secara nasional tahun 2016 mendatang. “Dan alhamdulillah, kita satu-satunya kabupaten/kota se-Kalimantan yang sudah menggunakan akrual basis bahkan mampu meraih opini WTP dari BPK,” katanya.
Sutarmidji berharap, ke depan akan semakin banyak hasil-hasil penelitian yang bisa diimplementasikan, baik untuk kemajuan Kota Pontianak maupun Provinsi Kalbar. [] ANT