Lima Tewas dalam Kecelakaan Helikopter di Gunung Kilimanjaro

JAKARTA – Tragedi penerbangan kembali terjadi di Tanzania setelah sebuah helikopter jatuh di kawasan Gunung Kilimanjaro dan menewaskan seluruh penumpang serta awak di dalamnya. Insiden tersebut tidak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga kembali menyoroti persoalan keselamatan penerbangan di negara Afrika Timur tersebut, khususnya di wilayah wisata ekstrem.

Kecelakaan helikopter itu terjadi pada Rabu (24/12/2025) waktu setempat di Camp Barafu, salah satu titik perkemahan utama pendaki Gunung Kilimanjaro. Lokasi jatuhnya helikopter berada di ketinggian sekitar 4.700 meter di atas permukaan laut, wilayah yang dikenal memiliki medan ekstrem dan kondisi cuaca yang cepat berubah. Dalam peristiwa tersebut, lima orang dinyatakan meninggal dunia, termasuk dua wisatawan asal Republik Ceko.

Dilansir AFP pada Jumat (26/12/2025), otoritas setempat memastikan tidak ada korban selamat dalam kecelakaan tersebut. Seluruh penumpang dan awak helikopter dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian. Hingga kini, proses evakuasi dan investigasi masih menjadi fokus utama otoritas Tanzania mengingat medan yang sulit dijangkau serta faktor alam yang kerap menjadi tantangan di kawasan pegunungan tertinggi di Afrika itu.

Pihak berwenang menyatakan bahwa penyebab pasti kecelakaan masih dalam tahap penyelidikan. Otoritas penerbangan Tanzania belum dapat memastikan faktor utama yang memicu jatuhnya helikopter tersebut, termasuk kemungkinan faktor cuaca, teknis, maupun kesalahan operasional.

Insiden ini sekaligus memperpanjang catatan kelam kecelakaan penerbangan di Tanzania. Dalam beberapa tahun terakhir, negara tersebut kerap menjadi sorotan internasional terkait standar keselamatan penerbangan. Bahkan, pada Juni lalu, Uni Eropa memasukkan seluruh maskapai penerbangan Tanzania ke dalam daftar maskapai berisiko tinggi.

Dalam pernyataan resmi, Uni Eropa menyoroti berbagai persoalan mendasar yang dinilai berkontribusi terhadap tingginya risiko kecelakaan penerbangan di negara tersebut. Dalam pernyataan mereka menyebutkan “kekurangan personel yang berkualitas, proses pengawasan yang tidak efektif dalam operasi penerbangan dan kelaikan udara, dan ketidakpatuhan terhadap standar keselamatan internasional”.

Penilaian tersebut diperkuat dengan temuan mengenai lemahnya sistem pengawasan operasional dan kelaikan udara, serta ketidakpatuhan terhadap standar keselamatan penerbangan internasional yang telah ditetapkan. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri, terutama bagi wisatawan asing yang memanfaatkan layanan penerbangan untuk mengakses kawasan wisata terpencil seperti Gunung Kilimanjaro.

Sebelumnya, Tanzania juga pernah mengalami sejumlah kecelakaan penerbangan besar. Pada 2022, sebuah pesawat jatuh ke Danau Victoria dan menewaskan sedikitnya 19 orang. Sementara itu, pada 1999, kecelakaan pesawat di wilayah utara Tanzania merenggut 12 korban jiwa, termasuk 10 wisatawan asal Amerika Serikat.

Kecelakaan helikopter di Gunung Kilimanjaro ini kembali memicu kekhawatiran global terhadap keselamatan transportasi udara di destinasi wisata alam ekstrem. Sejumlah pihak mendesak otoritas setempat untuk memperketat pengawasan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor penerbangan, serta memastikan kepatuhan penuh terhadap standar keselamatan internasional demi mencegah tragedi serupa terulang di masa mendatang. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *