Demi Keselamatan dan Konservasi, Jalur Pendakian Gunung Tambora Ditutup
JAKARTA – Balai Taman Nasional Tambora memutuskan menutup sementara seluruh jalur pendakian Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kebijakan ini diambil sebagai langkah preventif untuk meminimalkan risiko keselamatan pengunjung sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem di kawasan konservasi tersebut, yang belakangan menghadapi tantangan cuaca dan tekanan aktivitas wisata.
Kepala Balai Taman Nasional Tambora, Abdul Aziz Bakri, menegaskan bahwa penutupan bersifat menyeluruh dan berlaku untuk seluruh aktivitas pendakian tanpa pengecualian.
“Aktivitas wisata pendakian di Taman Nasional Tambora ditutup sementara,” ujar Abdul Aziz Bakri, dilansir Antara, Sabtu (27/12/2025).
Penutupan jalur pendakian ini mulai diberlakukan pada 28 Desember 2025 hingga batas waktu yang belum ditentukan. Selama masa penutupan, seluruh jalur resmi pendakian Gunung Tambora dinyatakan tidak dapat digunakan, baik oleh pendaki individu, rombongan wisata, maupun kegiatan pendakian terorganisasi lainnya.
Menurut Aziz, keputusan tersebut tidak hanya berorientasi pada keselamatan manusia, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan hidup di kawasan taman nasional.
“Langkah ini diambil untuk memastikan keamanan pengunjung, pemandu, porter, serta petugas lapangan, sekaligus memberikan ruang bagi ekosistem dan keanekaragaman hayati Tambora pulih secara alami,” terang Aziz.
Gunung Tambora dikenal memiliki medan pendakian yang menantang, dengan kondisi cuaca yang kerap berubah secara ekstrem, terutama pada periode akhir tahun. Faktor-faktor tersebut dinilai berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan jika aktivitas pendakian tetap dibuka. Oleh karena itu, pihak pengelola memilih pendekatan kehati-hatian demi mencegah kejadian yang tidak diinginkan.
Balai Taman Nasional Tambora belum dapat memastikan kapan jalur pendakian akan kembali dibuka untuk umum. Informasi terkait pembukaan kembali akan disampaikan secara resmi setelah dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi cuaca, keamanan jalur, serta kesiapan petugas di lapangan.
Taman Nasional Gunung Tambora secara administratif berada di wilayah Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, NTB. Kawasan ini tidak hanya menjadi tujuan wisata alam, tetapi juga memiliki nilai geologis dan historis yang sangat tinggi. Salah satu daya tarik utamanya adalah kaldera Tambora yang terletak pada ketinggian sekitar 2.850 meter di atas permukaan laut.
Kaldera tersebut merupakan hasil dari letusan dahsyat Gunung Tambora pada tahun 1815, yang tercatat sebagai salah satu letusan gunung api terbesar dalam sejarah manusia. Letusan ini mencapai skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index (VEI) dan berdampak global, termasuk memicu fenomena “tahun tanpa musim panas” di berbagai belahan dunia.
Atas nilai keunikan dan pentingnya warisan geologi tersebut, Gunung Tambora ditetapkan sebagai Geopark Nasional pada 20 November 2017 oleh Komite Nasional Geopark Indonesia di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI. Status ini menuntut pengelolaan kawasan yang berorientasi pada konservasi, edukasi, dan pariwisata berkelanjutan.
Penutupan sementara jalur pendakian ini pun diharapkan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran publik bahwa aktivitas wisata alam harus selalu sejalan dengan prinsip keselamatan dan pelestarian lingkungan, demi menjaga Tambora tetap lestari bagi generasi mendatang. []
Siti Sholehah.
