Harga Daging di Aceh Terancam Naik, Gubernur Dorong Impor Sapi
JAKARTA – Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau yang akrab disapa Mualem mengusulkan agar pemerintah pusat mempertimbangkan impor sapi atau daging sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Aceh menjelang bulan suci Ramadan. Usulan tersebut disampaikan menyusul kekhawatiran melonjaknya harga daging sapi akibat dampak bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Aceh.
Hal tersebut disampaikan Mualem dalam Rapat Koordinasi Satuan Tugas Pemulihan Pascabencana DPR bersama kementerian, lembaga, dan kepala daerah yang digelar di Aceh, Selasa (30/12/2025). Dalam forum tersebut, Mualem menekankan pentingnya perhatian khusus pemerintah pusat terhadap kondisi pangan di Aceh, terutama menjelang Ramadan yang identik dengan meningkatnya konsumsi bahan pangan pokok, termasuk daging sapi.
“Sebentar lagi kita menjelang Ramadan, Pak. Jadi Aceh kalau tidak megang, tidak megang daging rasanya Ramadan tidak sah, Pak, seperti itu,” kata Mualem.
Menurut Mualem, harga daging sapi di Aceh selama ini sudah tergolong tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia. Dalam kondisi normal, harga daging sapi di wilayah tersebut bisa mencapai Rp 200 ribu per kilogram. Ia khawatir harga tersebut akan melonjak lebih tinggi akibat berkurangnya populasi ternak yang terdampak bencana banjir.
“Jadi harga daging yang termahal di Aceh, se-Indonesia di Aceh, Pak. Hari-hari biasa sampai Rp 200 ribu per kilo, Pak. Mungkin dengan keadaan ini sampai Rp 300 ribu, karena banyak ternak yang korban,” ujarnya.
Bencana banjir yang melanda sejumlah daerah di Aceh dalam beberapa waktu terakhir telah menyebabkan kerugian besar, termasuk pada sektor peternakan. Banyak ternak sapi dilaporkan mati atau hanyut akibat banjir, sehingga pasokan daging sapi di tingkat lokal mengalami penurunan signifikan. Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak langsung pada daya beli masyarakat jika tidak segera diantisipasi.
Atas dasar itu, Mualem meminta pemerintah pusat, khususnya Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, untuk membantu memasok daging sapi atau sapi hidup ke Aceh. Pasokan tersebut diharapkan dapat menstabilkan harga serta menjamin ketersediaan daging bagi masyarakat, terutama kelompok terdampak bencana.
“Jadi kepada Pak Mendagri dan Pak Purbaya, mohon dagingnya, Pak, atau sapi utuh, Pak, untuk kita, apakah jual atau kita kasih pada masyarakat yang terdampak, supaya dapat menikmati hal dagingnya, Pak,” ujarnya.
Lebih lanjut, Mualem membuka opsi impor sapi atau daging dari luar negeri sebagai langkah cepat dan realistis untuk mengatasi kekurangan pasokan. Ia menyebut beberapa negara yang dinilai mampu menyediakan sapi dengan harga relatif lebih murah.
“Saya rasa kita boleh impor, Pak, ya, di mana-mana atau di Australia atau di India yang murah. Ini saya sarankan, Pak, karena banyak ternak yang korban, di tempat saya, di kampung saya, Pak, dia agennya sapi, Pak, sampai 300 ekor musnah, Pak, jadi dampak banjir, Pak,” imbuhnya.
Usulan impor ini dinilai sebagai langkah darurat untuk menjaga stabilitas pangan menjelang Ramadan, sekaligus membantu masyarakat Aceh yang masih dalam proses pemulihan pascabencana. Pemerintah pusat diharapkan dapat mengkaji usulan tersebut dengan mempertimbangkan kebutuhan daerah, stabilitas harga nasional, serta perlindungan terhadap peternak lokal.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah pusat terkait tindak lanjut usulan tersebut. Namun, isu ketersediaan dan harga pangan menjelang Ramadan kerap menjadi perhatian nasional, terutama di daerah-daerah yang terdampak bencana alam. []
Siti Sholehah.
