Petro Ungkap Dugaan Serangan AS ke Pabrik Kokain di Venezuela
BOGOTA – Pernyataan Presiden Kolombia Gustavo Petro mengenai dugaan serangan militer Amerika Serikat (AS) terhadap sebuah pabrik kokain di Venezuela menambah ketegangan geopolitik di kawasan Amerika Latin. Isu pemberantasan narkotika yang selama ini menjadi perhatian internasional kini kembali bersinggungan dengan kedaulatan negara dan potensi eskalasi konflik lintas batas.
Gustavo Petro menyebut bahwa AS telah melakukan pemboman terhadap sebuah fasilitas yang diduga digunakan untuk memproduksi kokain di kota pelabuhan Maracaibo, Venezuela. Pernyataan tersebut disampaikan Petro melalui media sosial X, sehari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan adanya serangan terhadap area dermaga di Venezuela yang diduga menjadi pusat aktivitas penyelundupan narkoba.
Pernyataan Petro ini, seperti dilansir AFP, Rabu (31/12/2025), disampaikan sehari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan negaranya menyerang area dermaga yang menjadi tempat kapal-kapal, yang diduga menyelundupkan narkoba, berlabuh di Venezuela.
Namun demikian, hingga kini belum dapat dipastikan apakah lokasi pabrik kokain yang disebut Petro merupakan area yang sama dengan dermaga yang menjadi sasaran operasi militer AS. Ketidakjelasan tersebut memicu beragam spekulasi, terutama terkait cakupan dan tujuan sebenarnya dari operasi yang dilakukan Washington.
“Kita mengetahui bahwa Trump mengebom sebuah pabrik di Maracaibo, yang kita khawatirkan mencampur pasta koka untuk membuat kokain,” kata Petro dalam pernyataan via media sosial X pada Selasa (30/12/2025) waktu setempat.
Dalam unggahan panjangnya, Petro turut mengaitkan keberadaan fasilitas tersebut dengan kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional (ELN). Kelompok gerilya itu disebut-sebut memiliki pengaruh kuat di wilayah Catatumbo, kawasan perbatasan yang selama ini dikenal sebagai salah satu pusat produksi kokain di kawasan Amerika Selatan.
Dalam postingannya yang panjang, Petro mengindikasikan bahwa fasilitas yang dibom tersebut dioperasikan oleh kelompok gerilya ELN, yang sebagian mengendalikan wilayah Catatumbo, yang disebut sebagai penghasil kokain. Wilayah Catatumbo terletak di area perbatasan Venezuela.
“Itu hanyalah ELN. ELN dengan perdagangan dan dogma mentalnya, mengizinkan invasi ke Venezuela,” sebut Petro dalam pernyataannya.
Sementara itu, Presiden Trump pada Senin (29/12/2025) menyampaikan bahwa operasi militer AS dilakukan secara spesifik terhadap infrastruktur logistik perdagangan narkoba.
Pada Senin (29/12/2025), Trump mengatakan bahwa serangan AS dilancarkan “di area dermaga, tempat mereka memuat kapal-kapal dengan narkoba”.
Pemerintah Venezuela hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait dugaan serangan tersebut. Jika dikonfirmasi, operasi ini berpotensi menjadi serangan darat pertama AS dalam rangkaian operasi militer yang diklaim bertujuan memberantas jaringan narkotika di kawasan Amerika Latin. Kondisi ini memicu kekhawatiran baru akan meningkatnya tensi diplomatik antara Washington dan Caracas.
Pemerintahan Trump diketahui terus meningkatkan tekanan terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro. AS menuding Maduro terlibat dalam jaringan kartel narkoba internasional, sembari memperketat blokade terhadap kapal tanker minyak Venezuela sebagai bagian dari strategi tekanan ekonomi dan politik.
Selain itu, aktivitas militer AS di kawasan juga meningkat signifikan. Pasukan AS dilaporkan telah melancarkan lebih dari 30 serangan terhadap kapal-kapal yang dicurigai menyelundupkan narkoba di wilayah Laut Karibia dan Samudra Pasifik bagian timur dalam beberapa bulan terakhir.
Pasukan AS juga melancarkan lebih dari 30 serangan terhadap kapal-kapal yang diduga menyelundupkan narkoba di Laut Karibia dan Samudra Pasifik bagian timur dalam beberapa bulan terakhir. Lebih dari 100 orang tewas akibat rentetan serangan Washington tersebut.
Langkah agresif ini menuai sorotan tajam dari sejumlah negara Amerika Latin yang menilai pendekatan militer berisiko memperburuk stabilitas regional. Di sisi lain, Washington menegaskan bahwa kebijakan tersebut merupakan bagian dari komitmen global untuk memutus rantai perdagangan narkoba yang selama ini berdampak luas terhadap keamanan dan kesehatan masyarakat internasional. []
Siti Sholehah.
