juni KKT akan melayani Balikpapan-Hongkong-China-Jepang-Korea
Terminal Karingau Pelabuhan Balikpapan (TKPB) yakni PT Kaltim Kariangau Terminal (KKT) resmi di pimpim oleh M Basir sebagai Direktur Utama .yang sebelum nya dijabat oleh Anharudin Siregar yang memasuki masa pensiun . Pria berdarah Sulawesi Selatan ini tidak asing di kalangan muspida dan stakeholder kepelabuhan karena sekitar tahun 2013-Maret 2015 menjabat sebagai General Manager (GM) PT Pelindo (Persero) IV cabang Balikpapan lalu kemudian didaulat memimpin Terminal Petikemas Makassar milik Pelindo sebagai GM. Hanya dalam kurun waktu 13 bulan menjabat, Basir berhasil membuka pelayaran internasional (Direct Call) rute Makassar-Hongkong-China-Jepang-Korea dengan frekuensi 3 kali dalam sepekan sejak 5 Desember 2015.
Dan konon rute langsung ke perairan internasional sudah dirindukan pelaku usaha dan warga setempat sejak 15 tahun lamanya. 100 hari pertama masa kepemimpinannya di KKT, ia pun bertekad mewujudkan pelayaran serupa. Melanjutkan rencana pemimpin sebelumnya. Yakni Balikpapan-Hongkong-China-Jepang-Korea. “Direct Call tidak akan bisa terwujud tanpa dukungan semua pihak. Mulai pemerintah, pelaku usaha dan stakeholder karena yang akan menikmati seluruh masyarakat Kaltim, Kaltara termasuk Kalimantan secara keseluruhan,” gebunya di jumpai di kantornya Kawasan Industri Kariangau (KIK) Jalan Pulau Balang Km 13, baru-baru ini.
Tak main-main, pelayaran langsung ke jalur internasional memberi efek domino yang mampu memompa pertumbuhan ekonomi daerah dengan lebih cepat. Mulai ongkos logistik yang lebih murah karena mampu menghemat hingga 45 persen menyusul semakin singkatnya waktu pengiriman. Dari sebelumnya 30 hari menjadi hanya 14 hari. Tak cuma itu, pendapatan daerah pun akan bertambah karena pajak ekspor dipungut di daerah asal dan potensi munculnya komoditas ekspor. Bahkan bagi petani, akan meningkatkan nilai tawar.
“Kenapa harus direct call karena memperpendek jarak, selama ini melalui Surabaya lalu ke Jakarta kemudian Singapura baru kemudian terurai. Nah kalau pelayaran langsung, ekspor lancar otomatis akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah, ujung-ujungnya masyarakat juga yang akan menikmati dalam bentuk harga barang yang lebih murah,” pukaunya.
Khusus Balikpapan rencana tersebut, akan diuntungkan karena berpotensi sebagai pelabuhan utama atau hub bagi kota lain di Kalimantan. Karena secara otomatis akan menjadi pusat pelabuhan logistik.
Apalagi, KKT telah didukung berbagai kesiapan alat produksi, fasilitas dan layanan yang juga bertaraf. Itu ditandai dengan masuknya sejumlah kapal asal luar negeri yang mengangkut muatan impor dan melakukan bongkar muat di pelabuhan petikemas Kariangau. Dan mulai depan, layanan kepelabuhan tersedia satu atap menyusul berkantornya pemegang regulasi di lingkungan KKT. Masing-masing Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), Bea Cukai, Kantor Imigrasi, Balai Karantina, Kantor Kesehatan Kepelabuhanan dan kepolisian.
Tahap awal, rute internasional akan menyusuri Makassar terlebih dahulu. Baru kemudian ke Balikpapan untuk langsung bertolak menuju Hongkong-China-Jepang dan Korea. “Balikpapan akan jadi last port (pelabuhan terakhir, Red) karena menyangkut jumlah petikemas yang akan diangkut,” jabarnya. Kalau volume angkutan sudah terpenuhi, bukan tidak mungkin operator akan membuka jalur langsung dari Balikpapan.
Perusahaan pelayaran internasional PT SITC Countainer Lines Co.Ltd merupakan operator yang akan melintasi trayek tersebut.
Dia menerangkan, Balikpapan potensi membuka rute internasional karena memiliki komoditas yang sudah diekspor sejak lama via Surabaya. Di antaranya cangkang kelapa sawit, kelapa sawit dan flywood. Di daerah lain tak kalah kaya akan produk ekspor. Yakni Tarakan dengan udang dan ikan dan karet dari Berau. “Jadi saat ini tinggal mengubah polanya saja. Memang tidak mudah bagi pelaku usaha tapi ini yang sedang kami yakinkan bahwa direct call nanti akan rutin,” tegasnya diamini Manager Pemasaran Mutu Tubagus Patrick.
Di sinilah peran pemerintah dibutuhkan. Mulai mengumpulkan potensi ekspor masing-masing daerah, menggiring pengiriman langsung dari daerah dan memberikan kemudahan sertifikasi produk bagi pelaku usaha yang memiliki komoditas laik ekspor. Dengan tujuan produk yang akan dipasok sesuai standar mutu negara tujuan. Termasuk pungutan bea cukai yang juga di daerah asal. “Pengalaman di Makassar ternyata banyak pelaku yang “betah” ekspor di jalur sebelumnya karena sertifikasi produknya didapat dari daerah pengirim. Mengetahui itu pemerintah setempat langsung bergerak cepat,” gebunya.
Sementara dari sisi regulator di antaranya pemberian jaminan keamanan bagi setiap kapal yang masuk ke Balikpapan. Kunci suksesnya tak lain komunikasi terbuka semua lini. “Dengan kata lain direct call mutlak membutuhkan dukungan semua pihak,” celetuknya.
Itu juga yang tengah dibangunnya saat ini. Komunikasi intens dengan pemerintah daerah, regulator termasuk kalangan asosiasi. Utamanya pelaku usaha.
Disinggung kekhawatiran pelaku usaha pelayaran akan hilangnya volume angkutan domestik yang selama ini rutin mengangkut komoditas ekspor dari daerah ke Surabaya maupun Jakarta, Basir lantas menepisnya. “Direct call justru membuka peluang angkut lain seperti ke Tarakan, Berau dan kota-kota di Kaltim dan Kaltara karena KKT nantinya akan menjadi pusat logistik, pelabuhan transit untuk kota lain,” paparnya ramah.
Saat ini, pihaknya mengaku sudah mendapat dukungan. Mulai pemerintah daerah hingga Balai Karantina. Tidak terkecuali dengan para pengekspor. Selanjutnya, meningkatkan koordinasi dengan seluruh elemen.
Selain menyiapkan trayek internasional yang tak kalah penting, lanjut Basir yakni terus meningkatkan kualitas, memberikan layanan lebih cepat dan bermutu. Juga akan terus memastikan tidak ada pungutan liar. “Karena itu berpengaruh kepada kualitas layanan. Jadi tidak boleh ada biaya lain kecuali yang resmi,” pungkasnya.
Seperti diwartakan sebelumnya. Terkait direct call, awal Maret lalu PT Pelindo IV (Persero) menggelar rapat intensive dengan perusahaan pelayaran internasional PT SITC.
Dalam rangka pengembangan tersebut, perseroan pun akan mengkonsolidasikan potensi ekspor dari Nunukan, Berau, Bontang, Sangatta Tarakan serta Samarinda dan memaksimalkan TKPB yang dikelola KKT.