Derita di Bawah Reruntuhan Ruko Maut
Jerit menyayat hati terus terdengar dari balik reruntuhan rumah kantor (rukan) di Kompleks Cenderawasih Permai, Kelurahan Temindung Permai, Sungai Pinang, Samarinda. Peristiwa pada Selasa (3/6) pagi membuat empat orang tewas, sembilan luka-luka, dan delapan masih terjebak sampai warta ini diturunkan.
Rukan berukuran 103 meter x 15 meter dengan tiga lantai ini ambruk pada pukul 06.25 Wita, kemarin. Dari 84 pekerja, 14 orang tertimpa material.
Tomborianto, salah seorang pekerja, menjelaskan bahwa dirinya baru saja mengecor lantai tiga rukan. Pekerjaan dimulai pukul 19.00 Wita hingga 05.00 Wita. Tomborianto pun memilih mandi kemudian jalan-jalan pagi. Tiba-tiba, adiknya melaporkan ada tiang yang bergetar.
“Saya langsung suruh adik saya menyelamatkan diri. Belum lima menit, sudah runtuh,” ucap Tombo.
Petugas penyelamat kesulitan mengangkat beton secara manual demi melihat korban tidak semakin terjepit. Reruntuhan yang rapuh pun membuat tim penyelamat ekstra hati-hati. Warga yang ingin melihat evakuasi membuat para petugas kerepotan (kronologi lengkap keruntuhan, silakan lihat infografis).
Korban selamat yang berhasil dievakuasi siang kemarin adalah Paiman (49). Posisinya diketahui setelah mengirim pesan pendek kepada seorang buruh yang selamat.
“Saya masih hidup, tolong saya”, bunyi isi pesan pendek yang juga terus dia teriakan selama terjebak. Pukul 14.35 Wita, ketika lafal takbir dikumandangkan tim penyelamat, Paiman ditemukan dan diangkat. Dia segera dibawa ke rumah sakit.
Korban selamat yang terakhir dievakuasi adalah Suyaji (32). Bisikan ‘Allahuakbar’ dari bibirnya justru menjadi penyelamat. Suara itu terdengar tim penyelamat yang terus mencari korban di bawah puing-puing.
“Kami bertanya bagaimana kondisi korban di bawah,” ucap seorang tim penyelamat dari Badan SAR Nasional. Suyaji menjawab, dirinya bersama beberapa orang yang lain.
“Tapi sepertinya mereka sudah meninggal. Tangan mereka sudah dingin dan tak bergerak,” kata Suyaji dari dalam lubang. Setelah 13 jam terjebak, dia pun dikeluarkan dengan menderita patah tulang kaki kanan dan cedera dada.
Korban tewas dalam peristiwa ini adalah Kadori (31), Kasiran (28), Surani, dan Abdul Makruf. Kadori dan Kasiran ditemukan tergencet di sisi selatan bangunan. Dari pantauan Kaltim Post, keduanya terjebak di bagian depan bangunan. Saat ditemukan, badan Kadori tergencet reruntuhan dan hanya kepala yang terlihat. Berbeda dengan Kasiran. Kakinya saja yang bisa dilihat.
Beberapa kawan korban menuturkan, keduanya sedang di lantai dua dan berusaha melompat menyelamatkan diri saat bangunan mulai runtuh. Bukannya selamat, mereka malah terjebak.
Sementara korban tewas yang lain, Surani dan Abdul Makruf, ditemukan di dalam kelambu malam tadi. Mereka diduga sedang tidur di lokasi proyek yang juga menjadi tempat tinggal sementara ketika peristiwa berlangsung.
Musibah ini juga membuat sembilan orang dirawat di RSUD AW Sjahranie. Empat di antaranya tertimbun. Mereka adalah Suroto (44), Dwi Yanuartomo (28), Paiman (49), dan Suyaji (32).
Sementara itu, Polresta Samarinda sudah memeriksa lima saksi termasuk seorang mandor. “Masih terus kami selidiki,” ucap Kasubag Humas Polresta Samarinda Iptu Agus Setyo saat ditemui di lokasi kejadian. Anggota Polresta Samarinda beserta Satuan Brimob Detasemen B Pelopor pun masih terus berjaga-jaga di sekitar lokasi.
Ditemui saat evakuasi korban siang kemarin, Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang mengaku prihatin. Walaupun bangunan ini milik swasta, dia tetap meminta instansi berwenang turun tangan.
“Peralatan dari Bina Marga telah diturunkan untuk membantu,” ujarnya. Dirinya meminta kepolisian menginvestigasi dan mengungkap penyebab kejadian yang di dunia konstruksi masuk kategori langka. [] RedFj/KP