Merah Darah di Sungai Perikanan
TARAKAN – Pada Senin, 21 Oktober lalu, masyarakat yang bermukim di sekitar RT 21 Kelurahan Pamusian, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan mendadak heboh. Pasalnya sungai yang mengalir di sekitar permukiman warga tersebut mendadak berubah warna tak wajar. Warna merah darah di sepanjang daerah aliran sungai.
Sebuah media lokal melaporkan, berdasarkan keteranngan warga setempat, kejadian merahnya air yang jadi lokasi alur transportasi warga untuk melaut dan menuju lokasi tambak ini merupakan yang pertama kali terjadi di Tarakan. Husein, pengepul udang di tepi Sungai Perikanan menjelaskan, air sungai berwarna merah tak pernah terjadi sebelumnya.
Namun, ia menduga akibat aktifitas bongkar muat kayu merah di sungai membuat warna air berubah jadi merah. “Saya sempat berpikir karena orang bongkar kayu merah di sungai, tapi di lokasi bongkar kayu merah, airnya justru tak berubah merah,” kata Husein heran.
Bahkan, kejadian itu membuat warga bertanya-tanya penyebab air sungai yang biasanya berwarna kecoklatan tiba-tiba jadi merah. Sejumlah masyarakat menyimpulkan kejadian itu sebagai fenomena alam.
“Saya kira, kondisi ini terjadi seperti di Sulawesi Selatan. Bisa dijadikan obat, tapi air berwarna merah hanya dipermukaan saja dan tidak berasal dari laut lepas,” sebut Husein lagi.
Air sungai bercampur menjadi merah di sepanjang 300 meter ke arah darat dari perbatasan laut masuk ke sungai. Di sekitar perbatasan itu memang terdapat perusahaan udang. Namun, perusahaan cool storage sudah berada di sekitar lokasi Sungai Pamusian sejak puluhan tahun silam. Sehingga, warga yakin warna merah itu bukan limbah pabrik tersebut.
Warga lainnya, Jalil juga membenarkan pernyataan Husein. Pasalnya, Jalil yang tinggal tak jauh dari alur Sungai Pamusian sejak puluhan tahun lalu memastikan bahwa kejadian itu hebohkan warga.
“Kalau dari bongkar muat kayu merah, tak mungkin. Biasanya, kalau ada yang bongkar kayu, pasti warnanya kuning seperti teh saja. Tapi, warna merah kelam seperti darah hingga ratusan meter,” kata Jalil.
Ia membantah merahnya air karena limbah pabrik, akibat obat digunakan salah satu pabrik di sekitar sungai. Dugaan kayu merah juga dibantahnya, karena saat ini belum ada loading kayu merah di sekitar sungai, kebanyakan kayu yang masuk justru bongkar kayu bakau.
“Air sungai berubah jadi merah sejak 3 hari dengan jam yang sama, sekitar pukul 14.00 Wita. Saat ini air sedang surut, itu yang membuat heran, pada jam yang sama dan berulang hingga 3 hari. Perkiraan saya, besok (hari ini) atau lusa air mulai pasang,” tambahnya
Jika air pasang di sepanjang sungai sering dimanfaatkan anak-anak untuk mandi atau mencari kepiting saat air surut. “Tapi, tak ada lagi anak-anak mencari kepiting, mungkin dilarang karena khawatir gatal. Jangankan anak-anak, ikan belanak dan tempakul saja sudah tak terlihat di sungai sejak air berubah jadi merah,” ungkapnya.
KEJADIAN SERUPA
Pada Februari 2014 lalu, kejadian serupa terjadi di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Tepatnya di daerah aliran sungai yang membelah Kelurahan Tanjung Laut, Kecamatan bontang Selatan. Peristiwa mulai diketahui warga setempat pada Selasa (11/2/2014).
Fenomena langka tersebut membuat banyak penilaian, mulai dari yang logis hingga yang mistis serta ada pula yang mengaitkannya dengan fenomena alien. Meski belakangan, Kepolisian Resor (Polres) Bontang bersama Badan Lingkungan Hidup (BLHD) setempat mengungkap dugaan perubahan warna sungai akibat pencemaran limbah cat. []