Misteri Tewasnya Pasutri Gung Balang dan Gung Sri, Putra Ungkap Tak Ada Masalah Keluarga
DENPASAR – Misteri tewasnya pasutri Gung Balang dan Gung Sri belum terkuak. Sang putra yakni, AA KNSSP alias SP, 19, sebut almarhum orang tua tidak ada masalah dengan orang lain.
SP mengatakan, ayahnya tidak mempunyai musuh. Bahkan keduanya orangnya baik dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan karena baik, banyak teman teman almarhum berdatang ke rumah duka.
“Banyak teman orang tua saya datang melayat dan menyampaikan bela sungkawa,” ungkap SP sembari mengaku, pihak keluarga sudah ikhlas dengan kepergian sang ayah dan ibu. Tidak ada permintaan autopsi.
Dikatakan, tidak ada orang lain yang masuk ke kamar karena dikunci dari dalam. Kalau ada, pasti dia dan adiknya mengetahui hal tersebut. Sebab dia dan adiknya standby 24 jam di rumah, sebelum orang tuanya meninggal.
Karena itu, sebagai anak, juga para saudara dan keluarga, sedang menunggu jenazah keduanya bisa dipulangkan dari RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah, agar bisa dilaksanakan upacara pemakaman.
“Sapaan ayah di rumah ya Ajik. Ajik saya tidak ada permasalahan dengan orang lain apalagi sama ibu atau istrinya sendiri,”cerusnya.
Kepada pihak kepolisian, ia sebagai anak mengaku demikian. Bahkan memberikan keterangan bahwa sebelum kejadian, mereka sempat makan malam keluarga di rumah, Jalan Kebo Iwa Utara, Banjar Pagutan, Desa Padangsambian Kaja, Denpasar Barat.
“Perkelahian juga tidak ada, semua baik baik saja, sempat makan bareng di Minggu malam, kebetulan ada acara kecil-kecilan juga kami masak ayam, makan bersama,” tuturnya yang dikutip radarbali, Kamis (26/9/2024).
Namun saat acara keluarga itu, Gung Balang mengucapkan sesuatu menyangkut kematian. Dia ingin meninggal bersama dengan sang istri yang dicintainya.
“Ajik mengeluarkan kata mau meninggal bareng. Tapi saya dan keluarga tidak menaruh curiga sedikitpun kala itu,” tambahnya.
Sebab, mereka mengira ungkapan mati bersama itu sebatas bercanda gurai. Setelah acara makan keluarga, Gung Balang dan Anak Agung Sri masuk ke kamar sambil mengunci pintu.
Keesokan harinya, sekitar pukul 11.00 WITA, keduanya belum juga bangun. SP menggedor pintu kamar pasangan suami istri tersebut. Meski tak ada respon, dia masih belum curiga. Lalu, mereka mencongkel pintu kamar yang terkunci dari dalam tersebut menggunakan linggis sekitar pukul 21.00.
Terlihat, posisi kedua korban berpelukan bersimbah darah. Keluarga infokan ke warga dan pihak desa, lalu dilaporkan ke pihak berwajib.
“Tak jauh dari mereka, tepatnya di ujung kasur, ditemukan pisau bergagang kayu,” pungkasnya []
Nur Quratul Nabila A