Banjir Bandang di Valencia Tewaskan 158 Orang, Ratusan Lainnya Masih Hilang
JAKARTA – Banjir bandang di Spanyol telah menelan korban jiwa sedikitnya 158 orang, dan ratusan lainnya hilang akibat badai Mediterania dahsyat yang melanda wilayah timur Valencia sejak Selasa lalu.
Badai ini mengakibatkan banjir besar dan arus air berlumpur yang merusak rumah-rumah serta menyapu manusia dan kendaraan. Pemerintah meminta warga di wilayah terdampak untuk tetap berada di dalam rumah sementara petugas penyelamat terus mencari korban yang masih selamat.
Koordinator penyelamatan di Valencia mengonfirmasi bahwa hingga Kamis (31/10/2024) sore, mereka telah menemukan 155 jenazah di wilayah tersebut, sedangkan tiga korban tewas lainnya ditemukan di Castilla-La Mancha dan Andalusia pada Rabu.
Menteri Pemerintah Angel Victor Torres menyampaikan kekhawatirannya bahwa “puluhan” orang yang masih hilang kemungkinan akan menambah jumlah korban jiwa. Selain itu, beberapa wilayah terpencil masih sulit dijangkau tim penyelamat.
Perdana Menteri Pedro Sanchez meminta warga untuk mematuhi imbauan dari layanan darurat.
“Sekarang yang terpenting adalah menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa,” ujar Sanchez, dilansir AFP.
Seluruh negara mengheningkan cipta selama beberapa menit dan mengibarkan bendera setengah tiang dalam masa berkabung nasional selama tiga hari.
Banjir besar ini menghancurkan sejumlah permukiman di sekitar Valencia. Eliu Sanchez, seorang warga lokal, menyaksikan arus deras membawa seorang pria yang mencoba berlindung di atas mobil.
“Saya mendengar kisah orang-orang yang berpegangan pada pohon, tetapi karena kuatnya arus, mereka terpaksa melepas pegangan dan hanyut sambil berteriak minta tolong,” ujar Sanchez.
Lebih dari 1.200 personel penyelamat dikerahkan untuk mengevakuasi korban di kawasan-kawasan berlumpur yang sulit diakses, termasuk menggunakan drone untuk mengidentifikasi korban yang masih hidup. Sebuah video dari tim penyelamat menunjukkan evakuasi seorang bayi berusia satu tahun yang diangkut menggunakan helikopter dari desa yang terendam banjir.
Di Paiporta, seorang musisi bernama David Romero (27) menggambarkan kondisi tempat tinggalnya sebagai “bencana.” Ia mengatakan, “Hampir tidak ada bisnis yang bertahan, lingkungan demi lingkungan, jalan demi jalan semuanya hancur.”
Ratusan penduduk saat ini mengungsi di tempat penampungan sementara karena jalan raya dan jalur kereta terganggu parah.
Menteri Transportasi Oscar Puente menginformasikan bahwa layanan kereta cepat antara Madrid dan Valencia diperkirakan baru bisa dibuka kembali dalam tiga minggu. Setengah dari 150.000 rumah yang sempat kehilangan listrik kini telah kembali terhubung.
Menurut para ilmuwan, perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia semakin meningkatkan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem. Kelompok ilmuwan dari World Weather Attribution mencatat bahwa curah hujan yang mengguyur Spanyol pekan ini sekitar 12% lebih tinggi dibandingkan kondisi sebelum pemanasan global.
Namun, beberapa warga mengkritik ketidaktepatan sistem peringatan banjir. Romero menyebutkan bahwa peringatan baru diterima setelah sungai di dekat Paiporta meluap.
“Tidak ada yang memberi peringatan… pemilik bar di sini tewas tenggelam,” kata Joaquin Rigon (21), warga Paiporta.
Pemerintah daerah Valencia sempat menuding pemerintah pusat bertanggung jawab atas sistem peringatan yang tidak memadai, namun Kementerian Dalam Negeri menegaskan bahwa setiap wilayah memiliki tanggung jawab atas prosedur perlindungan sipil masing-masing di bawah sistem desentralisasi Spanyol.
Banjir bandang ini menjadi salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah Spanyol, memicu keprihatinan luas mengenai penanganan darurat dan kesiapan menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin terasa. []
Nur Quratul Nabila A