Penderita Sakit Jiwa Meningkat
SAMARINDA – Penderita gangguan jiwa di Samarinda meningkat. Hal itu ditandai dengan banjirnya kunjungan pasien di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Atma Husada Mahakam. Gangguan jiwa, umumnya disebabkan stres yang tidak tertangani. Salah satu penyebab stres di kota yang mulai padat ini adalah pekerjaan.
Tak mengherankan memang, sebab berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kaltim, hampir 72 persen penduduknya adalah pegawai. Sisanya adalah pengusaha. Tak sampai di situ, hampir 87 persen warganya bekerja di atas 35 jam seminggu, hanya 13 persen yang bekerja di bawah 35 jam. Rentang waktu bekerja yang lama, belum lagi ditambah tekanan pekerjaan yang banyak, menjadi penyebabnya.
Ada peningkatan 10 ribu jiwa tiap tahunnya. Mengenai stres yang diidentikkan dengan pegawai, hal itu diamini psikolog klinis Ayunda Ramadhani. Menurutnya, pegawai memang memiliki risiko stres lebih besar dibandingkan pengusaha.
“Karena beban kerja dan tuntutan dari atasan. Tak heran, banyak pegawai yang stres,” kata dia. Lanjut Ayunda, bahaya yang ditimbulkan kerja yang penuh tekanan adalah gangguan fisik dan mental. Secara fisik, tubuh bisa kelelahan. Sedangkan secara mental bisa stres ringan sampai berat. Kesehatan fisik dan mental saling terkait satu sama lain. Jika fisik sakit, mental juga sakit, begitu punsebaliknya.
Berbeda dengan pengusaha lebih fleksibel mengatur waktu dan ritme kerjanya. Meski begitu, tak ada takaran khusus kerja ideal. “Angka kerja ideal itu relatif, bergantung dengan pekerjaan dan beban kerjanya. Misal, kerja di dalam ruangan dan kerja di luar ruangan itu berbeda karena terkait ketahanan fisik. Saya kira batas ideal bekerja adalah 6-8 jam sehari,” imbuh Ayunda.
Stres pun bertambah parah, karena penanganan stres yang tidak baik. Merasa jenuh dengan pekerjaan, umumnya pegawai di perkotaan memilih mencari hiburan di tempat hiburan malam. Otomatis, waktu tidur mereka pun berkurang dan berisiko mengganggu kesehatan dan akhirnya berdampak buruk dengan kondisi kejiwaan. [] KP