Misteri Pembunuhan Si Pedagang Cantik
JOGJAKARTA – Namanya Eka Mayasari (26) warga di Jalan Janti 62 Karang Jambe, Banguntapan, Bantul. Alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) jurusan D3 Bahasa Inggris ini ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan, Sabtu (2/5) lalu. Siapa pembunuhnya, masih jadi misteri. Polisi tengah mengusut kasus tersebut.
Perempuan asal Riau ini ditemukan tak bernyawa oleh adiknya, Fandi Indrajaya di kamar kosnya, dalam kondisi mengenaskan. Saat ditemukan, pedagang angkringan ini dalam keadaan telanjang bagian bawahnya dan di wajah, lehernya ada bekas memar. Selain itu mengucur darah dari bagian selakang korban.
Saksi sekaligus adik korban, Fandi mengatakan korban yang bernama Eka Mayasari (27) ditemukan sudah dalam kondisi tewas di dekat gerobag angkringan di bawah jembatan flyover Janti sekitar pukul 17.15 WIB. “Saat ditemukan tubuh korban berada di kasur dan tertutup sajadah,” katanya.
Fandi mengakui, kakaknya sehari-hari berjualan dengan membuka angkringan di bawah jembatan flyover Janti. Dia terkejut saat menemukan kakaknya sudah tewas. “Saya tiba disini kondisinya sudah seperti ini,” ucapnya.
Kepala Satuan (Kasat) Reserse Kriminal (Reskrim) Kepolisian Resor (Polres) Bantul AKP Kasim Akbar Bantilan yang langsung datang ke TKP, mengatakan saat dilakukan olah TKP tubuh korban posisi berada dikasur dan ditutup dengan sajadah.
Pada muka korban ditemukan lebam-lebam dan ditemukan adanya darah yang keluar dari selangkangan sampai ke kaki. “Korban saat ditemukan juga dalam kondisi setengah telanjang di bagian bawahnya,” katanya.
Dugaan sementara, kata Bantilan, sebelum tewas, korban lebih dulu diperkosa karena ada darah diselangkangan korban hingga ke kaki. “Dugaan sementara merupakan korban pemerkosaan dan dibunuh,” katanya.
Polisi pun telah memberikan tanda di kos tempat terbunuhnya korban dengan police line. Korban dibawa ke rumah sakit untuk divisum. Sehari setelahnya (3/5), korban dimakamkan. Keluarga dan sejumlah rekannya masih terkenang dengan keseharian korban yang dikenal sebagai pribadi religius.
“Kalau sudah waktunya salat, dia selalu mengingatkan. Selain itu sama laki-laki yang bukan muhrimnya juga selalu menjaga diri,” kenang Resi, rekan Eka Mayasari ditemui di rumah duka.
Anak kedua dari tiga bersaudara itu juga dikenal pekerja keras dan mandiri. Dia buka usaha angkringan setelah mengun-durkan diri dari bagian customer service pada 2013. Dari hasil kerja kerasnya ini bahkan mampu membeli sebidang tanah di daerah Manding, Bantul.
“Semangat kerjanya tinggi, bahkan kadang sampai lupa waktu. Saya sempat kaget saat dikabari di grup WA. Walaupun sudah tidak kerja di tempat lama, tapi masih saling berhubungan akrab,” tambahnya.
Jenazah Maya sempat disalatkan di Masjid Gedongkuning. Sela-njutnya dengan mobil ambulans yang sama di bawa ke Dusun Pedak Karangbendo, Bangunta-pan, Bantul. Di tempat itu jenazah kembali disalatkan di Masjid AnNur dusun setempat.
Salah seorang warga Pedak, Pristyawan mengungkapkan, warga dengan sukarela menerima jenazah korban. Di tempat itu, Maya sempat mengajar di PAUD untuk anak-anak warga setempat. Dia dikenal ramah dan mudah bergaul dengan siapa pun.
“Semangat dan jiwa sosialnya tinggi. Istilahnya grapyak, karena itu warga sini sangat kehilangan. Kami berharap pelakunya segera ditangkap dan tidak ada lagi kejadian seperti ini,” katanya.
Senada juga diungkapkan Faizal, Ketua Pemuda Dusun Pedak Karangbendo. Menurutnya, sosok Maya menjadi teladan remaja setempat. Almarhumah dinilai selama hidupnya tulus membantu orang lain. Padahal Maya sebelumnya sempat sakit Spondylolysis pada tulang belakangnya dan divonis lumpuh. Dengan tekad dam mukjizat Tuhan dia dapat bangkit dan berjualan angkringan. []