DPRD Jombang Tekankan Pemerintah Segera Cari Solusi untuk Petani yang Terendam Banjir Setiap Tahun

JOMBANG – Komisi B DPRD Jombang merespons keluhan petani yang setiap tahun sawahnya terendam banjir.

Para wakil rakyat meminta pemerintah segera mencari solusi untuk petani.

’’Kami minta pemerintah segera mencari solusi agar kejadian ini tidak terulang lagi tahun depan,’’ kata Ketua Komisi B DPRD Jombang, Anas Burhani.

Dia mengungkapkan, setiap tahun hal ini menjadi momok bagi petani. Sawah mereka selalu kebanjiran dan gagal panen.

’’Pemerintah harus segera memetakan apa penyebab banjir di masing-masing kecamatan itu dan mengatasinya,’’ ungkap Anas.

Misalnya, di Kecamatan Kesamben ratusan hektare sawah terendam karena luapan dari Avoer Watudakon.

’’Pemkab harus segera melakukan koordinasi dengan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) untuk mengambil tindakan, minimal melakukan normalisasi,’’ katanya.

Anas meminta agar Pemkab Jombang serius memberikan perlindungan kepada para petani.

’’Harus ada langkah konkret. Misalnya ada asuransi untuk petani. Sehingga ketika petani gagal panen, atau sampai tanam berkali-kali akibat banjir, bisa dibantu oleh asuransi tersebut, atau dengan model kompensasi lainnya,’’ urainya.

Dinas Pertanian Jombang mencatat, banjir merendam 530 hektare areal pertanian. Kondisi banjir terparah di Kecamatan Kesamben mencapai 427 hektare.

Bahkan beberapa petani harus berulangkali mengganti tanaman lantaran tanamannya mati akibat terendam banjir berhari-hari.

’’Kondisi paling parah di Kecamatan Kesamben,’’ ujar Kabid Bidang Perlindungan Pasca Panen dan Pemasaran Hasil Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Akhmad Jani Masyhudi saat dikonfirmasi Radar Jombang, Senin (27/1/2025).

Dari total 530 hektare sawah yang terendam, seluas 427 hektare lahan pertanian di Kecamatan Kesamben.

Kemudian 23 hektare di Kecamatan Bandarkedungmulyo, 25 hektare di Kecamatan Megaluh, dan 40 hektare di Kecamatan Sumobito.

’’Di Kecamatan Ngoro ada 2,5 hektare, lima hektare di Peterongan dan delapan hektare di Tembelang,’’ ungkapnya.Dari ratusan hektare sawah yang tergenang, ada 15 hektare sawah yang mengalami puso.

’’Kurang lebih 15,5 hektare yang puso. 15 hektare di Kecamatan Megaluh dan 0,5 hektare di Kecamatan Ngoro,’’ urainya.

Kecamatan Kesamben setiap tahun menjadi langganan banjir.

’’Petani di sana tanam dua sampai tiga kali karena banjir,’’ ucapnya.

Penyebab banjir karena ada luapan dari Afvoer Watudakon.

’’Perlu ada normalisasi dan penanganan di saluran tersebut,’’ terangnya.

Sementara itu, Mohamad Iksan, salah satu petani di Dusun Kandangsapi, Desa Kedungbetik menilai, pemerintah seolah tutup mata terkait nasib petani di Kecamatan Kesamben yang setiap tahun berjuang menghadapi banjir.

’’Setiap tahun seperti selalu seperti ini, saat musim penghujan selalu terendam banjir,’’ katanya.

Rata-rata usia tanaman petani yang terendam di desa tersebut 15 sampai 30 hari.

’’Tanaman saya itu usianya 15 hari karena memang tanam yang terakhir,’’ ungkapnya. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *