YUNANI– Santorini, pulau terkenal di Laut Aegea, dilanda lebih dari 200 gempa bumi pada Senin (4/2/2025), dengan beberapa di antaranya tercatat memiliki magnitudo di atas 4. Gempa-gempa ini datang dalam waktu yang sangat cepat, hanya dalam hitungan menit.
Kejadian tersebut membuat panik banyak orang, baik penduduk lokal maupun turis yang berada di kawasan tersebut. Akibatnya, sekolah-sekolah di wilayah pariwisata tersebut terpaksa ditutup, sementara aktivitas penerbangan pun mengalami lonjakan tajam.
Menurut laporan dari beberapa turis yang berada di lokasi, kejadian gempa yang berulang-ulang ini memicu ketakutan. Salah seorang turis, Tzanis Lignos (35), mengungkapkan, “Gempa terjadi terus-menerus, setiap lima menit, tanpa henti. Seluruh pulau mengalami trauma.” Ia bersama istri dan putranya memutuskan untuk meninggalkan pulau tersebut setelah berhasil mendapatkan tiket penerbangan.
“Tidak ada yang bisa tidur tadi malam, suara-suara yang mengerikan terdengar sepanjang malam. Kami harus segera pergi,” tambahnya.
Hal serupa disampaikan oleh turis lain, Zoi Lignou (72), yang merasa cemas dengan guncangan gempa yang terjadi.
“Kami sudah sabar selama tiga hari, tetapi hari ini adalah yang terburuk. Kami memutuskan untuk meninggalkan pulau demi keselamatan kami,” ujarnya.
Aktivitas gempa ini telah tercatat di kawasan antara pulau Santorini dan Amorgos sejak Jumat lalu. Meskipun begitu, pejabat setempat menyebutkan bahwa penduduk lokal tidak terlalu khawatir karena mereka sudah terbiasa dengan guncangan gempa.
Namun, para ahli geologi memperingatkan bahwa aktivitas seismik ini mungkin akan berlanjut selama beberapa minggu. Terlebih lagi, ancaman tsunami menjadi perhatian serius, dengan warga diimbau untuk menjauhi pelabuhan-pelabuhan kecil di sekitar pulau.
Efthymios Lekkas, seorang profesor geologi tektonik dan manajemen bencana Yunani, mengungkapkan dalam wawancaranya, “Kami memperkirakan bahwa rangkaian gempa ini akan terus berlanjut dalam beberapa hari ke depan. Kami harus berhati-hati karena aktivitas seismik yang intens ini dapat berlangsung lebih lama.”
Yunani, yang terletak di wilayah rawan gempa akibat banyaknya patahan tektonik, memang kerap mengalami aktivitas seismik. Santorini sendiri terkenal dengan sejarah vulkaniknya, yang terbentuk akibat letusan gunung berapi besar pada sekitar 1600 SM. Letusan terakhir di kawasan ini tercatat pada tahun 1950, meskipun aktivitas vulkanik ringan baru-baru ini tidak ada hubungannya dengan serangkaian gempa yang terjadi.
Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis, dalam pidatonya yang disampaikan pada Senin malam di Brussels, Belgia, meminta agar masyarakat tetap tenang. Ia menyatakan bahwa pihak berwenang terus memantau fenomena geologi yang sangat dahsyat tersebut.
Sementara itu, beberapa negara Eropa, termasuk Inggris dan Prancis, telah mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warganya yang berniat mengunjungi Santorini. Mereka disarankan untuk mematuhi instruksi dari otoritas setempat demi keselamatan.
Santorini, yang menjadi salah satu destinasi wisata terpopuler di Yunani, menerima sekitar 3,4 juta pengunjung pada tahun 2023. Namun, kondisi darurat ini menyebabkan penurunan jumlah wisatawan. Meskipun demikian, agen perjalanan Eropa berharap bahwa jumlah pengunjung akan meningkat kembali pada musim semi mendatang, setelah situasi kembali kondusif. []
Nur Quratul Nabila A