Polres Metro Jakarta Pusat Tangkap Tiga Pegawai KPK Gadungan Pemeras Mantan Bupati Rote Ndao

JAKARTA – Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Pusat berhasil menangkap tiga orang yang mengaku sebagai pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di sebuah hotel. Ketiga pelaku diduga hendak memeras mantan Bupati Rote Ndao periode 2009–2014 dan 2014–2019, Leonard Haning.
“Ketiga pelaku diamankan oleh petugas KPK,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP Muhammad Firdaus, dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (7/2/2025).
Firdaus mengungkapkan bahwa para pelaku berinisial AA, JFH, dan FFF. Mereka ditangkap di dua lokasi berbeda. AA dan JFH diamankan di Hotel Golden Boutique, Jakarta Pusat, pada Rabu (5/2) sekitar pukul 18.00 WIB. Sementara itu, FFF ditangkap di Hotel Oasis Amir, Senen, Jakarta Pusat.
Ketiga tersangka menyamar sebagai anggota KPK dengan tujuan memeras Leonard Haning.
“Para pelaku bersekongkol untuk memeras mantan Bupati Rote Ndao dengan bertemu utusannya,” kata Firdaus.
Modus yang digunakan adalah dengan membuat surat perintah penyidikan (sprindik) palsu yang mencatut nama KPK. Sprindik palsu tersebut digunakan untuk meminta keterangan terkait dugaan kasus korupsi yang melibatkan Leonard Haning saat menjabat sebagai bupati.
“Surat sprindik palsu itu diberikan kepada Junus Natalis untuk diteruskan kepada mantan bupati melalui pesan WhatsApp,” jelas Firdaus.
Setelah menerima pesan tersebut, utusan Leonard Haning bertemu dengan tersangka JFH di sebuah hotel di Jakarta. Di lokasi tersebut, para pelaku kemudian diamankan oleh petugas KPK sebelum diserahkan kepada Polres Metro Jakarta Pusat untuk diproses lebih lanjut.
Akibat perbuatannya, ketiga tersangka dijerat dengan Pasal 51 Ayat (1) juncto Pasal 35 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2024 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Mereka terancam hukuman penjara maksimal 12 tahun. []
Nur Quratul Nabila A