Peningkatan Kasus Gangguan Jiwa di Ponorogo, Dinkes Sebut Faktor Sosial dan Ekonomi Berperan

PONOROGO — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mencatatkan adanya peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa (ODGJ) pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada 2023, tercatat 1.670 penderita ODGJ berat, sementara pada 2024 angka tersebut meningkat menjadi 1.940 kasus.
Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa (P2PTM Keswa) Dinkes Ponorogo, Atis Wahyuni, mengungkapkan bahwa angka ini telah melebihi prevalensi yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Menurutnya, sebagian besar penderita gangguan jiwa yang tercatat dalam data Dinkes Ponorogo menderita skizofrenia dan psikotik akut.
“Angka kasus ini meningkat 270 jiwa dibandingkan tahun lalu, dengan mayoritas penderita termasuk dalam kategori akut atau mengalami skizofrenia,” jelas Atis kepada wartawan Antara pada Minggu (16/2/2025).
Peningkatan jumlah kasus gangguan jiwa ini, menurut Atis, dipengaruhi oleh beragam faktor. Faktor genetik tetap menjadi salah satu penyebab, namun kini faktor sosial seperti tekanan dalam keluarga, masalah pekerjaan, hingga pola asuh juga turut mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang.
“Tekanan psikososial, baik dalam lingkungan keluarga maupun di tempat kerja, serta pola asuh yang kurang baik, kini lebih banyak menjadi pemicu stres yang berdampak pada kesehatan mental,” ujar Atis.
Sementara itu, meskipun mayoritas penderita ODGJ berusia di atas 35 tahun, Dinkes Ponorogo juga mencatat adanya tren peningkatan kasus gangguan jiwa pada kelompok usia remaja, khususnya pada rentang usia 15 hingga 17 tahun.
“Tren peningkatan ini sudah terlihat dalam beberapa tahun terakhir,” tambah Atis.
Ia juga menekankan pentingnya pandangan yang lebih holistik terhadap kesehatan jiwa. Sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun 2024, yang mengatur bahwa aspek spiritual dan emosional juga harus diperhatikan dalam menjaga kesehatan mental, Atis menyatakan bahwa kesehatan jiwa dan fisik saling terkait erat.
“Kesehatan jiwa dan raga tidak bisa dipisahkan. Ketika jiwa sehat, hal itu akan memengaruhi keseimbangan hormon dan kondisi fisik seseorang,” pungkasnya. []
Nur Quratul Nabila A