Pria di Cilincing Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus Pencabulan 3 Anak Dibawah Umur

JAKARTA – Seorang pria berinisial SK (35) di Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, ditetapkan sebagai tersangka atas kasus pencabulan terhadap tiga anak di bawah umur berinisial DF (11), AD (13), dan DA (12). SK diduga melakukan aksi bejatnya karena merasa kesepian setelah bercerai dengan istrinya.
“Pelaku ini sudah bercerai dengan istrinya dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Akibatnya, ia menjadikan anak-anak yang mudah dijangkau sebagai pelampiasan,” ujar Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok, AKP Krishna Narayana, Selasa (18/2/2025).
Kasus ini baru terungkap setelah salah satu orang tua korban mencurigai perilaku anaknya yang sering memegang kemaluannya. Setelah diinterogasi, korban akhirnya mengakui pernah mengalami pelecehan oleh SK. Berdasarkan pengakuan tersebut, orang tua korban melaporkan kejadian itu ke Polres Pelabuhan Tanjung Priok.
“Setelah menerima laporan, kami segera melakukan penyelidikan dan menemukan fakta bahwa bukan hanya satu korban yang mengalami pencabulan, tetapi ada tiga anak yang menjadi korban,” kata Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok, AKBP Martuasah H. Tobing.
Berdasarkan hasil penyelidikan, SK menggunakan berbagai modus untuk melancarkan aksinya. Korban pertama, DF, pertama kali menjadi korban pencabulan pada 13 Juni 2021 saat sedang bermain. SK kembali mencabulinya pada 11 Februari 2023 dengan berpura-pura meminta korban membeli rokok.
Sementara itu, korban kedua, AD, dicabuli dengan modus diiming-imingi uang antara Rp2.000 hingga Rp10.000. Korban ketiga, DA, mengalami pelecehan pada 24 November 2024. Awalnya, DA sedang bermain sebelum diajak SK ke semak-semak.
“Pada salah satu kejadian, tersangka mencoba memasukkan alat kelaminnya, tetapi korban berteriak kesakitan dan berhasil melarikan diri,” tambah Martuasah.
Atas perbuatannya, SK dijerat dengan Pasal 76B juncto Pasal 81 ayat (1) atau Pasal 76E juncto Pasal 82 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak. SK terancam hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Pihak kepolisian mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap lingkungan sekitar guna melindungi anak-anak dari tindakan kekerasan seksual. Selain itu, kepolisian juga mengajak korban dan keluarga yang mengalami kejadian serupa untuk segera melapor agar pelaku dapat segera ditindak secara hukum. []
Nur Quratul Nabila A