Peredaran Uang Palsu di Magetan Kian Marak, Pedagang Jadi Korban

MAGETAN – Peredaran uang palsu (upal) di Kabupaten Magetan semakin meresahkan masyarakat. Kali ini, seorang pedagang nasi goreng di Kecamatan Lembeyan menjadi korban. Sebelumnya, kasus serupa juga menimpa pedagang es teh di Kecamatan Karas.
Triyono (44), seorang pedagang di Kelurahan Lembeyan Kulon, tanpa sadar menerima dua lembar uang palsu pecahan Rp50 ribu pada Kamis (20/2/2025). Ia baru menyadari hal tersebut saat menghitung hasil penjualan setelah warungnya tutup.
“Saat itu warung sedang ramai, jadi saya tidak tahu pasti siapa yang memberikan uang palsu ini,” ujarnya, Minggu (23/2/2025).
Menurut Triyono, membedakan uang palsu dengan uang asli cukup sulit, terutama saat melayani banyak pembeli. Namun, ia menyebutkan bahwa uang palsu cenderung lebih halus saat diraba dibandingkan uang asli.
Guna memberi peringatan kepada pelanggan lainnya, satu lembar uang palsu sempat ia bakar, sementara satu lembar lainnya ditempel di kaca warung.
Triyono menambahkan, peredaran uang palsu biasanya meningkat menjelang Ramadan dan Idul Fitri, dengan warung-warung kecil sebagai sasaran utama pelaku.
“Bagi pedagang kecil, kejadian seperti ini sangat merugikan. Saya berharap pihak berwenang bisa segera menangkap pelaku,” paparnya.
Triyono berencana melaporkan insiden ini ke kepolisian agar dapat ditindaklanjuti. Sementara itu, warga dan pedagang diimbau untuk lebih berhati-hati dalam menerima uang, terutama dalam transaksi yang dilakukan di waktu-waktu ramai.
Pihak kepolisian setempat juga mengingatkan masyarakat untuk lebih teliti dalam memeriksa uang yang diterima, misalnya dengan meraba tekstur, menerawang, serta mengecek tanda air guna memastikan keasliannya. Langkah ini diharapkan dapat meminimalkan peredaran uang palsu yang kian marak di wilayah Magetan. []
Nur Quratul Nabila A