Pelaku Pembunuhan Ibu Kandung di Semarang Tertangkap, Terancam Hukuman Mati

SEMARANG – Imam Ghozali (36), pelaku pembunuhan terhadap ibu kandungnya, Salamah (61), berhasil ditangkap pihak kepolisian setelah melarikan diri usai melakukan aksi keji tersebut. Akibat perbuatannya, Imam kini menghadapi ancaman hukuman mati.
Peristiwa tragis ini terjadi pada Selasa, 18 Februari 2025, sekitar pukul 23.15 WIB, di rumah korban yang berlokasi di Jalan Gunungsari, Desa Jomblang, Kecamatan Candisari, Semarang. Imam diketahui menikam ibunya hingga tewas sebelum melarikan diri dari lokasi kejadian.
Setelah lima hari dalam pelarian, Imam akhirnya diringkus pada Minggu, 23 Februari 2025, pagi di kawasan Tanah Putih, Karanganyar Gunung, Candisari, tidak jauh dari lokasi kejadian.
Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol M. Syahduddi, mengungkapkan bahwa tersangka dijerat dengan pasal berlapis.
“Ia dijerat dengan Pasal 44 ayat 3 Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang mengakibatkan kematian, serta Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana. Ancaman hukumannya adalah penjara 20 tahun atau hukuman mati. Saat ini, tersangka telah ditahan di Rutan Polrestabes Semarang, dan penyidikan masih terus berlanjut,” jelas Syahduddi dalam konferensi pers di Mapolrestabes Semarang, Rabu (26/2/2025).
Diketahui bahwa Imam merupakan seorang pengangguran yang kerap meminta uang kepada ibunya dan memiliki kebiasaan mabuk. Jika permintaannya tidak dipenuhi, ia sering mengancam dan merusak perabotan rumah.
“Peristiwa ini bermula ketika pelaku sedang menonton televisi dan terlibat pertengkaran dengan korban. Dalam keadaan emosi, pelaku mengambil parang dari kamarnya dan menyerang ibunya yang saat itu tengah bersiap untuk beristirahat,” ujar Syahduddi.
Dalam pemeriksaan, Imam mengaku memiliki dendam terhadap ibunya karena tidak diberikan uang dan sering dibandingkan dengan adik-adiknya.
“Tersangka merasa sakit hati karena permintaannya tidak dipenuhi dan selalu dibandingkan dengan adiknya,” tambahnya.
Hasil autopsi menunjukkan korban mengalami luka tusuk di dada kiri yang menembus paru-paru dan jantung, mengakibatkan kematian seketika di lokasi kejadian.
“Korban mengalami luka tusuk di dada dan punggung kiri, luka sayatan di beberapa bagian tubuh, serta luka akibat kekerasan tumpul di kepala yang menyebabkan pendarahan internal,” ungkap Syahduddi.
Dalam pelariannya, Imam bersembunyi di sebuah rumah kosong sekitar 2 kilometer dari lokasi kejadian selama lima hari tanpa makanan.
“Tersangka ditemukan dalam kondisi lemah dan pucat setelah bersembunyi tanpa makanan,” tutup Syahduddi. []
Nur Quratul Nabila A