Trump Ancam Zelensky: “Tidak Akan Bertahan Lama” Jika Tak Sepakati Gencatan Senjata dengan Rusia

WASHINGTON.D.C. – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melontarkan ancaman terhadap Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam pernyataan yang disampaikannya pada Senin waktu setempat. Pernyataan ini merupakan kelanjutan dari ketegangan yang terjadi antara keduanya, terutama setelah pertemuan mereka di Ruang Oval, Gedung Putih, saat kunjungan kenegaraan Zelensky ke Washington pada Jumat lalu.

Trump menyatakan bahwa pemimpin Ukraina itu “tidak akan bertahan lama” jika tidak mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Rusia. Ia juga menegaskan bahwa Zelensky harus lebih menghargai bantuan militer miliaran dolar yang telah diberikan oleh AS.

Selain membahas konflik dengan Rusia, kunjungan Zelensky ke AS juga bertujuan untuk mendiskusikan kerja sama dalam eksploitasi mineral langka di Ukraina. Washington diketahui tertarik untuk mengelola sumber daya tersebut demi kepentingan strategisnya.

“Seharusnya tidak sulit untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan bisa tercapai dengan sangat cepat,” ujar Trump kepada wartawan, dikutip dari AFP, Selasa (4/3/2025).

“Namun, jika ada pihak yang tidak ingin bernegosiasi, maka saya yakin orang itu tidak akan bertahan lama,” tambahnya.

Trump juga menyinggung bahwa Rusia tampaknya ingin menyepakati perjanjian damai, begitu pula rakyat Ukraina. Ia menilai bahwa Zelensky harus segera mengambil langkah konkret demi mewujudkan perdamaian.

Dalam pernyataan lain di platform media sosial Truth Social, Trump mengecam Zelensky atas kunjungannya ke London untuk bertemu dengan para pemimpin Eropa. Ia menyebut pernyataan Zelensky mengenai kelanjutan konflik dengan Rusia sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima oleh Amerika.

“Ini adalah pernyataan yang paling buruk yang bisa dikeluarkan oleh Zelensky, dan Amerika tidak bisa terus menoleransinya,” tulis Trump.

Trump juga mengkritik para pemimpin Eropa yang dianggapnya terlalu bergantung pada AS dalam menghadapi Rusia. Ia menilai bahwa mereka seharusnya lebih mandiri dalam menghadapi tantangan geopolitik.

Ketegangan semakin meningkat setelah Zelensky meminta jaminan keamanan dari AS sebagai bagian dari perundingan gencatan senjata. Namun, pertemuan di Gedung Putih berakhir tanpa kesepakatan, dan Zelensky diminta meninggalkan lokasi. Akibatnya, perjanjian penting yang akan memberikan AS akses istimewa terhadap sumber daya mineral Ukraina pun tidak ditandatangani.

Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, mengisyaratkan bahwa Zelensky perlu meminta maaf atas ketegangan yang terjadi.

“Apa yang perlu kita dengar dari Presiden Zelensky adalah pernyataan penyesalan atas apa yang terjadi,” ujar Waltz dalam wawancaranya dengan Fox News.

Perselisihan ini menambah ketidakpastian dalam hubungan diplomatik antara AS dan Ukraina di tengah konflik yang masih berlangsung dengan Rusia. Keputusan politik dan diplomatik selanjutnya dari kedua negara akan sangat menentukan arah perkembangan situasi di kawasan tersebut. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *