Perang Tarif Memanas, China Ancam Negara-Negara Pendukung Kebijakan Impor AS

BEIJING – Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok secara tegas mengecam negara-negara yang menunjukkan dukungan terhadap kebijakan tarif impor baru Amerika Serikat yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis akhir pekan lalu, Kementerian Perdagangan Tiongkok menyebut bahwa mereka tidak akan tinggal diam dan akan mengambil “tindakan balasan” terhadap pihak-pihak yang dinilai mengorbankan kepentingan Tiongkok demi meraih keuntungan sesaat dari Washington.

“Pelunakan tidak akan mendatangkan perdamaian, dan kompromi amat tidak terhormat,” ujar juru bicara Kementerian Perdagangan, sebagaimana dikutip dari kantor berita AFP, Sabtu (19/4/2025).

Ia menegaskan bahwa negara yang mendahulukan kepentingan sempit dengan bernegosiasi secara sepihak bersama AS, sesungguhnya sedang “mencari kulit harimau” atau sengaja memprovokasi keretakan hubungan perdagangan global.

Ketegangan ini dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang kembali menaikkan bea impor terhadap hampir seluruh negara mitra dagang AS. Tarif dasar diberlakukan sebesar 10 persen, namun terhadap Tiongkok, bea masuk mencapai 145 persen. Bahkan, dalam beberapa kategori produk, Trump menerapkan tarif reciprocal hingga 245 persen.

Tiongkok pun membalas dengan langkah serupa, menaikkan bea masuk barang dari AS hingga 145 persen sebagai respons atas ketimpangan tarif tersebut.

Pemerintah Tiongkok mengingatkan negara-negara mitra dagang lainnya untuk tidak tergoda melakukan negosiasi sepihak dengan AS, apalagi jika langkah tersebut berdampak langsung pada kerugian ekonomi Tiongkok.

“Langkah seperti itu hanya akan memperdalam jurang konflik,” tegas Kementerian Perdagangan Tiongkok.

Sementara itu, Presiden Trump mengklaim bahwa komunikasi antara Washington dan Beijing masih berlangsung. Ia bahkan menyebut bahwa pihak Tiongkok telah menghubunginya beberapa kali dalam upaya menjajaki kesepakatan untuk meredakan perang dagang yang berkepanjangan.

Namun, saat ditanya apakah ia telah berbicara langsung dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, Trump enggan menjawab secara tegas.

“Saya tidak pernah mengatakan apakah itu terjadi atau tidak. Itu tidak pantas,” katanya diplomatis.

Menanggapi klaim tersebut, pihak Tiongkok kembali menegaskan bahwa tidak akan ada ruang kesepakatan dagang apabila hal tersebut dianggap mencederai kepentingan nasional dan kedaulatan ekonomi Tiongkok.

Perang tarif antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini masih jauh dari penyelesaian. Dampaknya telah terasa di berbagai sektor global, termasuk rantai pasok manufaktur, ekspor pertanian, dan ketidakpastian pasar keuangan internasional. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *