12 Tewas, 30 Terluka akibat Serangan Udara Amerika Serikat di Ibu Kota Yaman

SANAA – Sedikitnya 12 orang dilaporkan tewas dan 30 lainnya mengalami luka-luka setelah serangan udara yang dilancarkan militer Amerika Serikat (AS) menghantam wilayah permukiman dan pasar di Distrik Farwa, ibu kota Yaman, Sanaa, Minggu (20/4/2025) malam.
Informasi tersebut disampaikan oleh Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh kelompok Houthi pada Senin pagi (21/4/2025).
Kantor berita Saba yang berada di bawah kendali Houthi melaporkan bahwa serangan tersebut menyasar area yang padat penduduk dan terjadi di tengah malam, menyebabkan korban jiwa di kalangan sipil. Serangan serupa juga dilaporkan terjadi di Provinsi Marib, Hodeida, dan Saada yang merupakan basis utama kelompok Houthi di wilayah utara Yaman.
Menurut pernyataan dari militer AS, operasi militer yang digencarkan selama sebulan terakhir bertujuan untuk menghentikan serangan kelompok Houthi terhadap jalur pelayaran internasional di wilayah Laut Merah dan Teluk Aden.
Washington menuduh kelompok Houthi sebagai “organisasi teroris yang didukung Iran” dan telah meningkatkan intensitas serangan sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat awal tahun ini.
Sebelumnya, pada Kamis lalu, serangan di kawasan pelabuhan minyak Ras Issa dilaporkan menewaskan sekitar 80 orang dan melukai lebih dari 150 lainnya, sebagaimana diklaim oleh otoritas Houthi.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, menyampaikan keprihatinan mendalam atas eskalasi kekerasan yang terjadi di Yaman.
Ia menyerukan agar semua pihak menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat memperburuk krisis kemanusiaan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun di negara tersebut.
Meski demikian, Guterres juga meminta kelompok Houthi untuk menghentikan serangan rudal dan drone terhadap Israel serta kapal-kapal komersial yang melintasi perairan strategis di wilayah tersebut.
Kelompok Houthi menyatakan bahwa serangan mereka terhadap Israel dan kapal-kapal yang terafiliasi dengannya merupakan bentuk solidaritas terhadap kelompok Hamas yang tengah bertempur melawan Israel di Jalur Gaza.
Serangan udara AS terhadap sasaran-sasaran Houthi dimulai sejak Januari 2024, namun intensitasnya meningkat drastis sejak awal 2025. Dampaknya, jumlah korban sipil pun terus bertambah seiring berlanjutnya konflik bersenjata yang rumit dan melibatkan kepentingan geopolitik internasional. []
Nur Quratul Nabila A