Adnan Faridan: Kritik Itu Tanda Peduli, Bukan Ancaman

SAMARINDA — Fenomena kemunculan kembali buzzer politik di Kota Samarinda mendapat sorotan tajam dari kalangan legislatif. Anggota Komisi I DPRD Kota Samarinda yang membidangi Hukum dan Pemerintahan, Adnan Faridan, menyampaikan kecaman keras terhadap praktik penggunaan akun anonim untuk menyerang kritik terhadap kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda.
Menurutnya, aksi buzzer tersebut merupakan kemunduran dalam praktik demokrasi yang seharusnya memberi ruang bagi kebebasan berpendapat. “Ini merupakan suatu kemunduran dalam alam demokrasi. Demokrasi itu bebas dalam menyuarakan aspirasi, bebas menyuarakan koreksi, apalagi itu sifatnya membangun,” ujar Adnan saat ditemui wartawan di Kantor DPRD Samarinda, Rabu (23/04/2025).
Ia menegaskan, kritik yang disampaikan kepada pemerintah semestinya dipahami sebagai bentuk kepedulian, bukan dianggap sebagai ancaman terhadap kekuasaan. “Kritik itu menunjukan kepedulian kita. Jadi jangan dinilai sebagai sebuah ancaman. Dalam menjalankan pemerintahan itu diperlukan penyeimbang sebagai fungsi kontrol,” tandasnya.
Lebih lanjut, Adnan menyoroti dampak negatif dari aktivitas buzzer yang menurutnya dapat mengganggu harmoni sosial dan menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat. Ia mengungkapkan bahwa dirinya bersama sejumlah anggota DPRD lainnya sempat menjadi sasaran serangan buzzer di media sosial.
“Salah satu dari anggota dewan yang pernah mengkritisi proyek Pasar Pagi dan Teras Samarinda. Langsung setelahnya yang bersangkutan mendapat serangan terkait isu pribadi dari buzzer. Ini bukan demokrasi, tapi budaya pembungkaman,” ungkapnya.
Adnan mengimbau masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh narasi yang disebarkan akun-akun tak dikenal tersebut. Ia menekankan pentingnya menjaga ruang demokrasi agar tetap sehat dan terbuka terhadap fungsi pengawasan publik.
“Mari kita jadikan kritik sebagai sarana untuk perbaikan. Jangan menutup ruang bagi kritikan. Karena kemajuan Kota Tepian adalah amanah bagi kita semua dalam rangka mewujudkan Samarinda sebagai Pusat Peradaban,” pungkasnya. []
Himawan Yokominarno.