Konklaf Bikin Geger Dunia Maya: Dari AI Donald Trump hingga “Mantapa” Online

VATIKAN — Jelang konklaf pemilihan Paus baru sepeninggal mendiang Paus Fransiskus, media sosial global dipenuhi beragam reaksi yang mencerminkan ketertarikan mendalam terhadap salah satu tradisi paling tertutup dan sakral dalam Gereja Katolik.

Sejak wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025, perbincangan soal konklaf membanjiri jagat maya, dari spekulasi identitas Paus berikutnya hingga perbincangan serius soal pengaruh global Tahta Suci.

Di Amerika Serikat, perhatian netizen bahkan disemarakkan oleh unggahan mengejutkan mantan Presiden Donald Trump pada Sabtu (3/5/2025) waktu setempat. Trump mengunggah gambar buatan kecerdasan buatan (AI) yang menampilkan dirinya dalam balutan jubah kepausan dan duduk di singgasana, sambil mengangkat satu jari ke udara—seolah menyimbolkan kekuasaan spiritual tertinggi.

Gambar yang viral tersebut menjadi sorotan utama di antara ribuan unggahan yang beredar sejak pengumuman wafatnya Sri Paus. Menurut data dari platform pemantauan Visibrain yang dikutip oleh kantor berita AFP, lebih dari 1,3 juta unggahan tentang konklaf telah beredar di media sosial X (sebelumnya Twitter) hingga Selasa (6/5/2025).

Sementara di platform TikTok, video-video bertema konklaf telah meraih lebih dari 363 juta tayangan. Konten-konten tersebut umumnya berisi penjelasan ritual konklaf, analisis calon Paus, hingga humor-humor kreatif terkait tradisi Gereja Katolik.

Bahkan muncul fenomena permainan daring bernama “Mantapa”, parodi dari kata “fantasy papacy”, yang memungkinkan penggunanya memilih kardinal favorit untuk dijadikan “calon Paus” secara imajinatif, mirip dengan konsep taruhan olahraga. Gim ini banyak dimainkan oleh peminat sejarah Gereja, pemuda, maupun pengamat politik Vatikan.

“Konklaf berarti kemewahan, protokol, seremoni, tetapi juga kerahasiaan dan misteri yang dijaga cermat oleh Vatikan,” ujar Stephanie Laporte, pendiri OTTA, sebuah konsultan strategi digital yang berbasis di Prancis.

Refka Payssan, peneliti ilmu komunikasi dari Paris, menilai bahwa daya tarik utama konklaf di media sosial terletak pada narasi kuat dan simbolisme yang melekat pada prosesi tersebut—mulai dari Kapel Sistina, suara para kardinal, hingga asap hitam dan putih sebagai penanda hasil pemilihan.

“Konklaf memicu rasa ingin tahu kolektif akan sejarah yang tengah terjadi di depan mata. Ini adalah momen langka dan penting secara global,” kata Payssan.

Laporte menambahkan bahwa meskipun banyak pengguna media sosial bukan penganut Katolik, mereka tetap memahami posisi Paus sebagai tokoh global yang berpengaruh dalam isu-isu utama seperti lingkungan hidup dan etika sosial.

Demam konklaf juga disebut sebagai bukti keberhasilan Vatikan dalam mengadopsi komunikasi digital. Akun resmi @pontifex yang dirintis oleh Paus Benediktus XVI pada 2012, dan aktif digunakan oleh Paus Fransiskus, kini memiliki lebih dari 50 juta pengikut dan mengunggah pesan dalam sembilan bahasa.

Konklaf dijadwalkan berlangsung mulai Rabu (7/5/2025) di Vatikan dengan diikuti 133 kardinal dari berbagai penjuru dunia. Prosesi ini akan digelar secara tertutup tanpa akses komunikasi, termasuk sinyal telepon, demi menjaga kerahasiaan pemungutan suara hingga terpilihnya Paus baru. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *