Air Mancur Rp12 Miliar Kijang Kota Tak Terurus, Ini Kata Pemda

TANJUNGPINANG — Air mancur menari di Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, yang dahulu menjadi kebanggaan warga setempat, kini terbengkalai.
Proyek senilai Rp12 miliar yang dibangun pada 2018 itu tak lagi berfungsi, memunculkan keluhan warga hingga viral di media sosial.
Air mancur yang sempat menyala dengan gerakan menari dan pancaran warna-warni di malam hari itu kini hanya menyisakan besi-besi berkarat. Tak ada lagi cahaya atau irama air yang bisa dinikmati masyarakat.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan publik tentang efektivitas pengelolaan infrastruktur yang telah menghabiskan dana besar dari APBD.
“Fasilitas air mancur di Kijang Kota sudah jadi bangkai, tidak terurus, tidak dibenahi. Semua sudah berkarat, jadi bangkai semuanya. Anggaran miliaran, cuman dipakai beberapa tahun, udah usang,” kata seorang warga bernama Uriep dalam sebuah video yang diunggah di media sosial pada Minggu (29/6/2025).
Uriep juga menyampaikan kekecewaannya terhadap Pemerintah Kabupaten Bintan, khususnya kepada Bupati Roby Kurniawan, yang dianggap tidak menunjukkan perhatian terhadap kondisi ikon kota tersebut.
“Ke mana ini bupatinya? Enggak dibenahi, nggak diperbaiki. Pemandangannya udah indah-indah, ada masjid. Eh, ininya enggak nyala, udah jadi besi rongsakan,” lanjutnya.
Menanggapi kritik warga, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kabupaten Bintan, Mohammad Irzan, mengakui bahwa pemerintah daerah mengalami kendala dalam hal penganggaran, terutama terkait biaya perbaikan dan pemeliharaan air mancur tersebut.
“Iya, untuk air mancur kita terkendala anggaran perbaikan dan pemeliharaannya. Cukup besar biaya untuk operasionalnya,” ujarnya saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Minggu.
Irzan menyebut bahwa selama ini pihaknya telah menyampaikan kebutuhan anggaran dalam forum-forum perencanaan, namun hingga kini belum ada kejelasan tentang pengalokasian dana tersebut.
Meski demikian, ia tidak menyebutkan secara spesifik berapa besaran anggaran yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kembali air mancur tersebut.
Sebagai langkah awal, Irzan menyatakan akan segera menggelar rapat lintas sektor guna membahas solusi perbaikan fasilitas publik tersebut.
“Dalam beberapa waktu ke depan kita juga akan lakukan rapat lintas sektor terkait penanganannya,” katanya.
Sebagai proyek yang menghabiskan anggaran hingga Rp12 miliar, keberadaan air mancur ini semestinya menjadi simbol revitalisasi kawasan dan penataan ruang publik yang inklusif.
Namun, kondisi terkini justru memperlihatkan lemahnya keberlanjutan program pembangunan serta minimnya pengawasan pasca proyek rampung.
Sejumlah pengamat kebijakan publik menilai bahwa proyek seperti air mancur menari seharusnya tidak hanya berorientasi pada daya tarik visual semata, melainkan juga harus disertai dengan sistem pemeliharaan jangka panjang yang terukur.
Tanpa itu, dana besar yang dikeluarkan akan sia-sia dan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah.
Kini, warga Kijang Kota hanya bisa menatap bangunan air mancur yang tak lagi menyala, sambil menanti apakah janji pemerintah untuk memperbaiki fasilitas tersebut benar-benar akan terealisasi, atau kembali menjadi catatan kelam dalam deretan proyek mangkrak di daerah. []
Nur Quratul Nabila A