Akibat Kabut Asap Pertumbuhan Ekonomi Kalteng Kian Melambat
PALANGKA RAYA – Kepala Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah Sukardi mengatakan melambatnya pertumbuhan ekonomi di Kalteng untuk triwulan III tahun 2015 adalah akibat terjadinya bencana kabut asap.
“Apabila tidak ada bencana tersebut besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi Kalteng tidak berada di angka 6,66 persen melainkan diatas itu bahkan lebih tinggi dibandingkan triwulan II,” kata Sukardi di Palangka Raya, Kamis (06/11).
Angka pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan III itu mengalami penurunan dibandingkan triwulan ke II yang nilainya 6,99 persen.
“Dari empat lapangan usaha, hanya produksi pertambangan dan penggalian yang tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kalteng. Tapi karena bencana kabut asap, aktivitas masyarakat di luar rumah pasti jadi berkurang,” tambahnya.
Berdasarkan data BPS Kalteng, perekonomian provinsi “Bumi Tambun Bungai” itu diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp26.283 miliar.
Sukardi mengatakan sumber utama pertumbuhan ekonomi Kalteng yakni lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan perikanan tumbuh 0,95 persen, Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 0,97 persen serta transportasi dan pergudangan 0,97 persen.
“Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib merupakan pertumbuhan tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Kalteng yang mencapai satu persen,” katanya.
Kepala BPS Kalteng menyebut pertumbuhan yang tinggi di triwulan III menurut lapangan usaha terjadi di Usaha Kontruksi, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan dan kesehatan serta kegiatan sosial yang mencapai enam persen.
Dia mengatakan tumbuhnya empat lapangan usaha itu didorong tingginya realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang peruntukannya pada masing-masing lapangan usaha terkait.
“Kalau pertumbuhan ekonomi Kalteng dari triwulan I sampai III tahun 2015 tumbuh 7,10 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi itu di pengadaan listrik dan gas yang tumbuh 37,21 persen,” demikian Sukardi. [] ANT