Akses Terputus, Warga Polewali Mandar Bertindak Sendiri

POLEWALI MANDAR — Setelah lebih dari sebulan terisolasi akibat jembatan utama putus diterjang banjir bandang, warga di empat dusun di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, memilih bertindak sendiri.
Di tengah keterbatasan, mereka membangun jembatan darurat dari bronjong batu secara swadaya, guna memulihkan akses dan menggerakkan kembali roda ekonomi yang sempat lumpuh total.
Empat dusun yang terdampak yaitu Tapua’, Pamombong, Pussendana, dan Sepang. Selama lebih dari sebulan terakhir, warga di wilayah ini hanya mengandalkan rakit bambu untuk menyeberangi Sungai Massuni, yang merupakan satu-satunya akses penghubung antar desa.
Rakit bambu itu tidak hanya membatasi mobilitas, tetapi juga membahayakan keselamatan warga, terutama lansia dan anak-anak.
“Daripada menunggu lama dan terus-menerus naik rakit yang berisiko, kami sepakat membangun bronjong untuk jembatan darurat,” ujar Ahmad, Kepala Desa Tapua’, Rabu (9/7/2025).
Menurut Ahmad, pembangunan bronjong dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat dengan dukungan material berupa kawat dan batu dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Polewali Mandar.
Totalnya, akan ada sekitar 100 bronjong yang dibangun secara bertahap dengan panjang mencapai 35 meter.
Bronjong ini memungkinkan kendaraan roda dua untuk melintas, meskipun kendaraan roda empat masih belum bisa melewati jalur tersebut.
“Harapannya, jembatan darurat ini bisa mengatasi kebutuhan mendesak kami untuk transportasi dan kebutuhan harian, daripada terus bergantung pada rakit,” imbuh Ahmad.
Bencana banjir bandang yang terjadi pada awal Juni 2025 lalu menyebabkan jembatan penghubung antar dusun dan kecamatan hanyut.
Hingga kini, jembatan permanen belum bisa dibangun kembali karena keterbatasan anggaran daerah.
Berdasarkan data pemerintah desa, sebanyak 200 kepala keluarga atau lebih dari 1.016 jiwa terdampak langsung akibat terputusnya akses darat.
Aktivitas warga — mulai dari pendidikan, pertanian, hingga perdagangan kecil — praktis terhenti selama masa isolasi.
“Anak-anak kami harus bolos sekolah, pedagang tidak bisa kulakan, bahkan hasil panen membusuk karena tidak bisa diangkut keluar dusun,” keluh Ramlah, seorang warga Dusun Pussendana yang turut membantu pembangunan bronjong.
Meski mengapresiasi bantuan material dari pemerintah, warga tetap berharap agar pemerintah daerah mempercepat proses pembangunan jembatan permanen.
Pasalnya, bronjong batu hanya bersifat sementara dan tidak cukup kuat untuk menghadapi hujan deras ataupun arus sungai yang kembali meningkat.
“Kami mohon kepada pemerintah agar segera menindaklanjuti pembangunan jembatan yang benar-benar kokoh. Ini soal hajat hidup kami,” tegas Ahmad.
Sementara itu, pihak Dinas PUPR Polewali Mandar menyatakan bahwa usulan anggaran perbaikan jembatan telah diajukan dan masih menunggu persetujuan alokasi dana dari pemerintah provinsi.
Langkah swadaya masyarakat ini menjadi simbol ketahanan warga desa dalam menghadapi bencana.
Mereka tidak hanya menunggu bantuan datang, tetapi berinisiatif secara kolektif untuk menyelamatkan kehidupan mereka sendiri.
Namun demikian, solusi jangka panjang tetap menjadi tanggung jawab pemerintah agar masyarakat tidak terus-menerus berada dalam kerentanan yang sama setiap kali bencana melanda. []
Nur Quratul Nabila A