Aktivitas Gunung Tangkuban Parahu Menurun, Warga Diminta Tetap Waspada

BANDUNG — Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali merilis laporan terkini mengenai aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu, Jawa Barat, pada Rabu (4/6/2025) pukul 22.00 WIB.
Meski terjadi penurunan jumlah gempa dan konsentrasi gas vulkanik, masyarakat di sekitar kawasan diminta tetap meningkatkan kewaspadaan.
“Penurunan ini menunjukkan adanya perubahan dalam dinamika aktivitas vulkanik, meskipun secara keseluruhan tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal),” ujar Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, dalam pernyataan tertulisnya di Bandung.
Berdasarkan data pemantauan hingga pukul 18.00 WIB, jumlah gempa berfrekuensi rendah atau Low-Frequency Earthquakes (LF) tercatat sebanyak 134 kejadian, menurun signifikan dari 270 kejadian pada Selasa (3/6/2025).
Kecenderungan peningkatan gempa sempat terjadi sejak 1 Juni, namun kembali menurun pada 4 Juni.
Meski aktivitas kegempaan menurun, pengamatan deformasi permukaan menggunakan metode Electronic Distance Measurement (EDM) dan Global Navigation Satellite System (GNSS) masih menunjukkan pola inflasi, mengindikasikan adanya akumulasi tekanan di kedalaman dangkal tubuh gunung.
“Jumlah gempa vulkanik memang menurun hari ini, namun deformasi permukaan tetap menunjukkan adanya potensi tekanan di dalam gunung,” kata Wafid.
Selain kegempaan, aktivitas hembusan asap putih dari Kawah Ratu juga terpantau meningkat. Ketinggian asap bervariasi antara 5 hingga 150 meter dari dasar kawah, dengan intensitas sedang dan tekanan hembusan lemah hingga sedang. Kawah Ratu tercatat lebih aktif dibandingkan Kawah Ecoma, dengan aktivitas fumarola yang lebih dominan.
Pengukuran gas menggunakan instrumen Multi-GAS, baik portabel maupun permanen, tidak menunjukkan perubahan mencolok pada komposisi gas vulkanik seperti rasio CO₂/SO₂, CO₂/H₂S, maupun proporsi antara SO₂ dan H₂S. Konsentrasi gas masih berada dalam batas normal dan bersifat fluktuatif.
“Dengan mempertimbangkan seluruh data pemantauan, potensi terjadinya erupsi freatik tetap ada, meskipun tanpa disertai gejala vulkanik yang jelas sebelumnya,” ujar Wafid.
Sehubungan dengan hal tersebut, masyarakat dan pengunjung di kawasan wisata Tangkuban Parahu diminta untuk tidak mendekati dasar kawah serta menghindari berlama-lama di area aktif.
Jika tercium bau gas menyengat atau terjadi peningkatan intensitas hembusan asap, masyarakat diimbau segera menjauh dari lokasi.
“Meski aktivitas menurun, kewaspadaan tetap perlu dijaga. Pemerintah daerah dan BPBD diimbau terus menjalin koordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu di Desa Cikole serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung,” tegas Wafid.
Hingga saat ini, status Gunung Tangkuban Parahu tetap berada pada Level I (Normal), namun potensi bahaya lokal tetap ada dan perlu diantisipasi melalui edukasi dan pemantauan rutin. []
Nur Quratul Nabila A