Anggota DPRD Kalbar Subhan Nur Meragukan Data 14 Ribu ATS Di Sambas
PONTIANAK, PRUDENSI.COM-Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat, Subhan Nur dari Dapil Sambas meragukan data yang disampaikan Pjs. Bupati Sambas Marlyna Almutahar, terkait Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kabupaten Sambas masih tinggi yakni 14 ribu tersebar di 19 kecamatan.
“Saya meragukan data itu, bertolak belakang dengan kondisi sebenarnya dimana Kabupaten Sambas Indek Pembangunan Manusia (IPM) nya tertinggi se-Kalimantan Barat,’’kata Subhan Nur kepada Prudensi.com, Rabu (2/10/2024) melalui via telepon.
Menurutnya, angka yang disebutkan Pjs Bupati Sambas itu perlu diuji kebenarannya, jika benar data tersebut berarti ada sesuatu yang salah.
“Angka 14 ribu ATS itu besar loh, bukan main-main, dari mana data itu seharusnya di kaji dulu sebelum disampaikan kepada masyarakat,’’ujarnya lagi.
Seperti diketahui sebelumnya, Pjs Bupati Sambas Marlyna Almutahar mengungkapkan angka Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kabupaten Sambas cukup tinggi.
Hal tersebut disampaikan ketika membuka kegiatan Rembuk Pendidikan dan Kebudayaan tingkat kecamatan, Senin 30 September 2024.
Menurut Pjs Bupati Sambas Marlyna Almutahar, Angka ATS mencapai 14 ribu orang yang tersebar di 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Sambas.
Terdapat tiga komponen yang menyebabkan tingginya angka ATS. Pertama anak yang berhenti atau tidak selesai sekolah.
“Bagaimana kita ketahui anak tidak sekolah terdiri dari tiga komponen utama pertama dia DO, artinya anak-anak pernah sekolah namun berhenti di tengah jalan,” ucapnya.
Kedua, kata Marlyna adalah anak yang lulus tetapi tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Ini juga cukup banyak misalnya anak SD lulus tapi tidak melanjutkan ke SMP misalnya dia tamat SMP tapi tidak melanjutkan ke SMA,” ucapnya.
Komponen ketiga, yakni anak usia sekolah yang tidak sama sekali mengenyam bangku sekolah.
“Kemudian ada juga anak-anak usia sekolah namun tidak merasakan mengenyam pendidikan sama sekali,” ucapnya.
Dia menuturkan, setiap komponen yang disampaikan bahwa ini memiliki tantangan dan permasalahan yang sangat besar.
“Misalnya karena faktor ekonomi, masalah wilayah atau lokasi sekolah kemudian akses terhadap pendidikan,” jelasnya.
Selain itu, faktor lainnya ialah kesadaran terhadap pentingnya pendidikan yang masih rendah.
“Kemudian tidak kalah penting kesadaran akan pentingnya pendidikan itu merupakan penyebab utama terjadinya atau tingginya angka anak tidak sekolah,” ungkapnya.
Sementara itu untuk memastikan data ATS tersebut, Prudensi.com, Rabu (2/10/2024) menghubungi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sambas, Arsyad, S.Pd., M.M, namun hingga berita ini diturunkan tidak ada jawaban.(rac)