Antisipasi Lonjakan Kasus Campak, RSUD Soedarso Pontianak Siagakan Ruang Isolasi

Direktur RSUD dr. Soedarso, Pontianak dr. Hary Agung Tjahyadi, M.Kes

PONTIANAK, PRUDENSI.COM-Lonjakan kasus campak di Kalimantan Barat kembali menjadi perhatian. RSUD dr. Soedarso Pontianak mencatat, sepanjang Agustus 2025 ada 37 pasien campak yang dirawat inap, belum termasuk pasien dengan gejala ringan yang berobat di poliklinik atau rumah sakit lain.

Direktur RSUD dr. Soedarso, dr. Hary Agung Tjahyadi, M.Kes menegaskan, campak sebenarnya penyakit yang bisa dicegah maupun dikurangi tingkat keparahannya melalui imunisasi. Karena itu, imunisasi MR atau MMR pada anak usia 9 bulan, 18 bulan, serta 5–7 tahun harus tetap menjadi perhatian serius.

“Upaya promotif dan preventif harus terus dikuatkan di jajaran layanan tingkat pertama, terutama puskesmas dan posyandu. Beberapa tahun terakhir cakupan imunisasi memang cenderung menurun, sehingga perlu peran bersama, tidak hanya tenaga kesehatan dan kader posyandu, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat,” kata Hary, Selasa (2/9/2025).

Menurutnya, penguatan posyandu menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan kesadaran orang tua dalam melengkapi imunisasi dasar anak.

RSUD dr. Soedarso memastikan kesiapan fasilitas perawatan pasien anak, termasuk untuk menangani penyakit menular seperti campak. Hary menjelaskan, ruang rawat inap anak bersifat terpadu, tersedia mulai dari kelas III hingga VIP.

“Kami tidak menyiapkan ruang isolasi khusus anak, tetapi setiap gedung dan lantai memiliki 2–3 kamar di bagian pojok yang difungsikan sebagai ruang isolasi bagi pasien dengan penyakit menular,” jelasnya.

RSUD Soedarso memiliki hampir 100 tempat tidur untuk perawatan anak dan didukung enam dokter spesialis anak, meski satu di antaranya sedang melanjutkan pendidikan spesialis jantung anak.

“Dengan jumlah dokter yang ada, layanan perawatan dan pengobatan anak di RSUD Soedarso masih memadai,” tambah Hary.

Sementara itu Dokter Spesialis Anak RSUD dr. Soedarso, dr. Muhammad Budi Nugroho, Sp.A., menyebut tren kasus campak belum menunjukkan tanda penurunan. Hingga 2 September 2025 saja, sudah ada empat pasien baru dengan gejala campak yang dirawat.

“Baru masuk awal bulan, sudah ada empat pasien campak yang dirawat. Artinya tren peningkatan masih berlangsung,” ujarnya.

Pasien terbanyak berasal dari kelompok usia 9 bulan hingga 2 tahun. Sementara kasus pada bayi di bawah 9 bulan relatif jarang ditemukan. Untuk mengantisipasi lonjakan, ruang isolasi khusus penyakit menular yang semula hanya empat tempat tidur kini ditambah menjadi enam.

“Kalau tempat tidur tidak cukup, kami buka tambahan ruang isolasi. Saat ini ada enam tempat tidur khusus campak,” jelas Budi.

Budi mengungkapkan, pola lonjakan ini serupa dengan kasus tahun 2002, ketika sebagian besar pasien campak tidak pernah mendapat imunisasi.

“Hampir 90 persen pasien campak yang dirawat tidak pernah diimunisasi. Sisanya, sekitar 10 persen sudah diimunisasi tapi tidak lengkap,” ujarnya.

Ia menjelaskan, imunisasi campak idealnya diberikan tiga kali, yakni pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun. Anak yang hanya menerima sebagian dosis tetap berisiko tertular.

“Misalnya imunisasi di usia 9 bulan dapat, tapi 18 bulan tidak, akhirnya umur 2–3 tahun kena campak,” tambahnya.

Budi menegaskan, meski campak umumnya bisa sembuh dalam dua minggu, komplikasi yang ditimbulkan bisa berbahaya. “Yang kita waspadai pneumonia, diare berat, dehidrasi, bahkan radang otak (ensefalitis). Itu yang bisa fatal,” katanya.

Menurutnya, pemberian imunisasi campak tetap bisa dilakukan meski anak terlewat jadwal. Bahkan, anak usia sekolah dasar yang belum pernah imunisasi dianjurkan tetap divaksin.

“Kalau sudah sembuh dari campak pun, sebulan kemudian bisa diimunisasi lagi. Itu disebut Outbreak Response Immunization,” terang Budi.

Ia mengingatkan masyarakat agar tidak termakan isu negatif tentang imunisasi. “Hampir semua pasien campak yang dirawat di sini tidak pernah diimunisasi. Jangan sampai anak-anak jadi korban karena orang tua ragu vaksin,” pungkasnya.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *