AS Ingatkan Jepang Hindari Provokasi China
JAKARTA – Ketegangan diplomatik antara Jepang dan China kembali mencuat setelah pernyataan Perdana Menteri (PM) Jepang, Sanae Takaichi, yang mengindikasikan kemungkinan intervensi militer jika China menyerang Taiwan dan mengancam kelangsungan hidup Tokyo. Pernyataan tersebut menuai respons keras dari Beijing dan memicu kekhawatiran komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ikut turun tangan merespons eskalasi tersebut dengan memberikan saran diplomatik kepada Takaichi. Dalam percakapan telepon baru-baru ini, Trump meminta PM Jepang agar tidak memprovokasi China dalam isu sensitif terkait Taiwan. Hal ini disampaikan Trump setelah sebelumnya dia mengadakan pembicaraan via telepon dengan Presiden China, Xi Jinping, pada Senin (24/11/2025) waktu setempat.
Dalam percakapan itu, Xi menegaskan bahwa kembalinya Taiwan merupakan “bagian integral dari tatanan internasional pascaperang”. Sikap China tersebut menunjukkan ketegasan Beijing terhadap klaim kedaulatan atas Taiwan, yang bagi mereka merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah nasionalnya.
Setelah percakapan dengan Xi, Trump menghubungi Takaichi dalam panggilan terpisah. Laporan Wall Street Journal (WSJ), seperti dilansir AFP pada Kamis (27/11/2025), menyatakan bahwa Trump menyampaikan saran agar Tokyo lebih berhati-hati dalam menangani isu tersebut dan menghindari tindakan yang dapat memperburuk hubungan dengan Beijing.
“Trump melakukan panggilan telepon dengan Takaichi dan menyarankan dia untuk tidak memprovokasi Beijing terkait masalah kedaulatan pulau tersebut,” demikian laporan WSJ yang mengutip pejabat Jepang dan AS yang mengetahui isi percakapan kedua pemimpin itu.
“Saran dari Trump itu sangat halus, dan dia tidak menekan Takaichi untuk menarik kembali komentarnya,” lanjut WSJ.
Juru bicara kantor PM Jepang menolak memberikan tanggapan atas laporan tersebut. Namun, Takaichi dalam keterangannya menyampaikan bahwa dirinya dan Trump membahas hasil percakapan antara Trump dan Xi, serta hubungan strategis kedua negara.
“Presiden Trump mengatakan bahwa kami adalah teman yang sangat dekat, dan dia menawarkan bahwa saya bebas untuk menghubunginya kapan saja,” kata Takaichi.
Meski demikian, beberapa pejabat Jepang dikabarkan merasa cemas atas pesan Trump. Menurut WSJ, “pesan itu mengkhawatirkan”. Disebutkan pula bahwa Trump tidak ingin ketegangan terkait Taiwan merusak proses détente dengan Xi, yang baru-baru ini disepakati, termasuk komitmen pembelian produk pertanian AS oleh China untuk mendukung petani Amerika yang terdampak perang dagang.
China diketahui bereaksi keras terhadap pernyataan Takaichi. Beijing memanggil Duta Besar Jepang dan menyarankan warganya agar tidak bepergian ke Jepang. Situasi ini menjadi ujian diplomatik penting bagi kepemimpinan Takaichi dalam menjaga stabilitas regional sekaligus mempertahankan posisi strategis Jepang di kawasan Asia Timur. []
Siti Sholehah.
