AS Kerahkan Kapal Selam Nuklir, Medvedev Sebut Ultimatum Perang

WASHINGTON – Ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia kembali meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi perintah pemindahan kapal selam nuklir Angkatan Laut AS ke wilayah dekat Rusia. Langkah ini dinilai sebagai bentuk antisipasi Washington atas pernyataan keras dari Moskow terkait isu senjata nuklir.
Trump mengungkapkan bahwa pengerahan armada bawah laut itu sudah dilaksanakan sejak Juli lalu. Ia menyebut keputusan tersebut diambil setelah Wakil Ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia sekaligus mantan Presiden Dmitry Medvedev melontarkan pernyataan mengenai potensi penggunaan nuklir.
“Saya memindahkan satu atau dua kapal selam. Saya tidak akan menyebutkan (posisi) keduanya, hanya untuk berjaga-jaga, karena kita tidak bisa membiarkan orang sembarangan menggunakan kata (nuklir),” kata Trump saat berbicara di hadapan para perwira tinggi militer AS di Pangkalan Korps Marinir Quantico, Virginia, awal pekan ini.
Meski tidak menguraikan secara detail lokasi dan misi kedua kapal selam tersebut, Trump menegaskan bahwa armada itu sudah berada di area yang ditentukan sesuai dengan perintahnya. Pernyataan ini segera mendapat sorotan luas, mengingat setiap pergerakan militer Amerika Serikat di dekat Rusia berpotensi memicu eskalasi konflik.
Pernyataan Trump langsung mendapat tanggapan dari Medvedev. Ia menilai langkah Presiden AS itu sebagai bentuk “ultimatum” yang dapat diartikan sebagai ancaman perang. Komentar keras tersebut muncul setelah Trump memberikan tenggat waktu kepada Moskow untuk segera mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina.
Apabila Rusia menolak, Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi tambahan berupa tarif masuk 100 persen terhadap produk Rusia. Tidak hanya itu, ia juga memperingatkan kemungkinan pemberlakuan sanksi sekunder bagi negara-negara yang tetap mengimpor minyak dari Rusia.
Kebijakan tersebut dinilai semakin menekan posisi Rusia di tengah konflik yang berkepanjangan dengan Ukraina. Di sisi lain, pernyataan Trump mengenai pengerahan kapal selam nuklir menambah kompleksitas hubungan kedua negara yang sejak lama berada dalam ketegangan geopolitik.
Pengamat menilai langkah Trump menunjukkan pesan politik yang kuat, bukan sekadar operasi militer. Penempatan kapal selam bertenaga nuklir di sekitar Rusia menjadi simbol kekuatan sekaligus upaya intimidasi agar Moskow tidak menggunakan retorika nuklir secara sembarangan.
Namun, ancaman saling balas pernyataan ini memunculkan kekhawatiran baru terkait stabilitas keamanan global. Eskalasi konflik antara dua negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia bisa memengaruhi jalannya diplomasi internasional, terutama dalam upaya menyelesaikan perang di Ukraina.
Langkah ini juga menegaskan bahwa isu energi dan perdagangan tetap menjadi bagian dari strategi politik Trump dalam menghadapi Rusia. Dengan kombinasi ancaman ekonomi dan kekuatan militer, Washington mencoba menekan Moskow agar bersedia duduk di meja perundingan. []
Siti Sholehah.