Astaga, Dulu Pria Ini Caleg, Sekarang Jadi Muncikari
BERAU – Di tengah geger prostitusi online yang melibatkan artis dan model, di Berau, Unit Reskrim Polsek Tanjung Redeb berhasil menangkap gembong jaringan prostitusi anak baru gede (ABG).
Pria berinisial Tm yang biasa disapa Babeh itu ditangkap di rumah kontrakannya di Jalan Teuku Umar, Kecamatan Tanjung Redeb, sekitar pukul 12.00 Wita, Rabu (13/5).
Kasus tersebut terungkap berawal dari informasi masyarakat yang mengetahui adanya prostitusi ABG di rumah kontrakan milik Babeh. Setelah diselidiki, polisi menuju lokasi dan menangkap tersangka.
Sebelum dibawa ke Mapolsek Tanjung Redeb, lebih dulu empat kamar yang ada di kontrakan itu digeledah. Hasilnya, petugas menemukan sejumlah alat kontrasepsi yang diselipkan di bawah kasur dalam salah satu kamar. Selain itu, ditemukan alat kontrasepsi yang sudah dipakai di bawah tempat tidur dan celana dalam perempuan.
“Tm alias Babeh, beserta barang bukti berupa alat kontrasepsi, satu celana dalam, beserta dua telepon seluler diamankan di Mapolsek,” terang Kapolsek Tanjung Redeb Surya Irianto, kemarin (14/5). “Kami menduga kontrakan itu dipakai sebagai tempat ‘transaksi’. Karena dia ini punya rumah sendiri,” sambungnya.
Dalam pemeriksaan, Babeh sempat membantah dirinya muncikari pekerja seks komersial (PSK) anak-anak di bawah umur. Bahkan, pria berkacamata tersebut berulang kali membantah dirinya terlibat kasus perdagangan manusia. Namun, setelah petugas menunjukkan barang bukti berupa percakapan dalam telepon selulernya, Babeh pun tidak berkutik.
“Dari dia, kami temukan juga beberapa daftar nama ABG di bawah umur yang menjadi korban untuk dipekerjakannya sebagai PSK,” ujarnya.
Dijelaskan Irianto, Babeh sudah cukup lama “menekuni” bisnis haram tersebut. Setidaknya, untuk saat ini ada sekitar 7 ABG yang dieksploitasi dan dijadikan saksi.
Tujuh korban tersebut rata-rata berumur 15-17 tahun. Sebagian besar masih duduk di bangku SMP dan SMA. “Kami masih melakukan pendalaman kasus ini,” terangnya.
Babeh yang kini ditahan di Mapolsek Tanjung Redeb mengaku, dirinya sudah sekitar dua tahun menjadi muncikari. Pria ini pernah menjadi calon anggota legislatif (caleg) di Pemilihan Legislatif 2014 lalu. Kata dia, tarif sekali kencan dipatok Rp 600 ribu. “Dibayar Rp 600 ribu, kadang Rp 500 ribu. Kadang saya potong Rp 100 ribu atau Rp 200 ribu,” ungkapnya.
Dikatakannya, kebanyakan yang menggunakan jasa “ayam-ayam”-nya berasal dari berbagai kalangan masyarakat. Mulai wiraswasta, oknum pejabat pemerintahan kampung, hingga pegawai negeri sipil. [] KP