Badai PHK Melanda Indonesia: Sektor Manufaktur, Teknologi, dan Perbankan Terkena Dampak Terbesar
JAKARTA – Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) tengah melanda Indonesia. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat selama paruh pertama 2024 saja sudah ada 32.064 pekerja mengalami PHK atau melonjak 21,45% dari periode yang sama tahun lalu.
Dari jumlah tersebut, ternyata ada 3 sektor yang menjadi penyumbang utama angka PHK. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyebut ketiga sektor itu adalah manufaktur, teknologi dan perbankan.
“Jika dilihat dari sektor industri, beberapa sektor memang mengalami peningkatan PHK yang lebih signifikan dibandingkan sektor lainnya,” kata peneliti LPEM FEB UI Muhammad Hanri dalam Labor Market Brief, dikutip Jumat, (13/9/2024).
Hanri mengatakan industri manufaktur, khususnya yang terkait dengan ekspor, sangat terdampak oleh gangguan rantai pasok global dan penurunan permintaan internasional. Menurut Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), ribuan pekerja di sektor tekstil dan garmen mengalami PHK sepanjang tahun 2022 dan 2023.
“Ini terutama terjadi di daerah-daerah seperti Jawa Barat, yang menjadi pusat industri tekstil nasional,” kata dia.
Peneliti LPEM FEB UI Nia Kurnia Sholihah mengatakan sektor kedua yang mengalami badai PHK adalah teknologi. Meskipun secara umum tumbuh, kata dia, sektor ini juga mengalami PHK di sejumlah perusahaan startup.
Dia mengatakan perusahaan startup harus melakukan restrukturisasi atau bahkan tutup akibat kesulitan dalam mendapatkan pendanaan baru di tengah penurunan nilai investasi global pada 2022 dan 2023.
“Beberapa perusahaan teknologi besar di Indonesia, termasuk yang bergerak di bidang e-commerce dan fintech, dilaporkan telah melakukan PHK untuk menyesuaikan operasi mereka dengan realitas pasar yang baru,” kata dia.
Selanjutnya, Nia mengatakan sektor perbankan menjadi sektor ketiga yang mengalami gelombang PHK. Dia menyebut badai PHK di sektor ini disebabkan terutama oleh digitalisasi layanan yang mengurangi kebutuhan tenaga kerja di kantor cabang.
“Banyak bank besar di Indonesia melakukan perampingan tenaga kerja, beralih ke layanan digital untuk efisiensi operasional,” kata dia. []
Nur Quratul Nabila A