Banjir-Longsor Sri Lanka: 31 Korban Jiwa dan Ribuan Mengungsi

JAKARTA – Bencana hidrometeorologi kembali melanda Sri Lanka, menyusul hujan deras yang mengguyur negara kepulauan tersebut selama beberapa hari terakhir. Derasnya curah hujan memicu banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah, menyebabkan korban jiwa, kerusakan rumah penduduk, hingga ribuan orang terpaksa mengungsi. Kondisi ini disebut sebagai bencana cuaca paling mematikan sejak pertengahan tahun.

Pusat Penanggulangan Bencana (DMC) melaporkan, sedikitnya 31 orang meninggal dunia dan 14 lainnya masih dinyatakan hilang. Distrik Badulla menjadi wilayah terdampak paling parah, terutama kawasan perkebunan teh yang berada di lereng perbukitan. Sedikitnya 16 orang tertimbun longsor ketika rumah mereka diterjang material tanah dan batu.

Di wilayah tetangga, distrik Nuwara Eliya, empat warga juga kehilangan nyawa dalam insiden serupa. Korban lainnya ditemukan di sejumlah lokasi berbeda, seiring bencana yang meluas ke banyak wilayah. Melalui laporan resminya, DMC menyebut, “permukaan air sungai mengalami kenaikan di seluruh wilayah Sri Lanka,” dan memperingatkan warga di area dataran rendah untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Cuaca buruk ini menyebabkan 400 rumah mengalami kerusakan, mulai dari kategori ringan hingga rusak berat. Lebih dari 1.100 keluarga untuk sementara waktu mengungsi ke pos penampungan darurat yang disiapkan pemerintah dan lembaga kemanusiaan.

Bukan hanya merusak permukiman, bencana kali ini juga mengganggu aktivitas pendidikan. Otoritas Kolombo memutuskan menangguhkan ujian akhir sekolah secara nasional selama dua hari. Kebijakan ini diberlakukan demi keselamatan pelajar dan untuk menghindari risiko perjalanan di tengah cuaca ekstrem.

Sri Lanka saat ini tengah memasuki musim monsun timur laut. Namun, menurut laporan meteorologi setempat, intensitas hujan meningkat akibat depresi yang berada di kawasan timur negara tersebut. Curah hujan diperkirakan masih akan mencapai lebih dari 100 milimeter di hampir seluruh wilayah, dengan beberapa lokasi di timur laut berpotensi diguyur hujan hingga 250 milimeter.

Bencana kali ini menjadi yang paling mematikan sejak Juni lalu, ketika 26 orang tewas akibat hujan lebat berkepanjangan. Pada Desember tahun sebelumnya, 17 nyawa melayang akibat banjir dan tanah longsor yang terjadi di sejumlah provinsi.

Meski monsun merupakan sumber penting untuk irigasi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), para ahli lingkungan mengingatkan bahwa Sri Lanka kini semakin rentan terhadap bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim. Frekuensi banjir dan longsor dinilai meningkat, dengan dampak yang lebih besar terhadap penduduk. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *