Banjir Rendam 168 Desa di Kalteng, Lebih dari 130 Ribu Jiwa Terdampak

PALANGKA RAYA – Banjir besar masih melanda empat kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), menyebabkan lebih dari 130 ribu warga terdampak di ratusan desa. Hujan deras yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir serta luapan Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito menjadi penyebab utama bencana tersebut.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalimantan Tengah, Ahmad Toyib, menyatakan bahwa wilayah terdampak mencakup Kabupaten Barito Selatan, Barito Utara, Katingan, dan Murung Raya.
“Banjir yang melanda Barito Selatan terjadi di 47 desa/kelurahan di enam kecamatan dengan tinggi muka air mencapai 707 sentimeter. Tercatat 19.429 kepala keluarga (KK) atau 61.118 jiwa terdampak,” ujar Toyib dalam laporan tertulis yang diterima Senin (21/4/2025).
Di Kabupaten Katingan, banjir terjadi di Desa Tumbang Bulan, Kecamatan Mendawai, sejak awal Maret. Meskipun hingga kini belum ada warga terdampak secara langsung, pihak BPBPK tetap mewaspadai potensi meluasnya banjir akibat tingginya curah hujan.
Banjir terparah tercatat terjadi di Barito Utara dan Murung Raya. Di Barito Utara, banjir merendam 67 desa/kelurahan di sembilan kecamatan dengan ketinggian air mencapai 150 sentimeter. Sebanyak 56.018 jiwa terdampak, 8.516 rumah warga terendam, serta 242 fasilitas umum turut terkena imbas.
Sementara itu, di Murung Raya, banjir merendam 53 desa/kelurahan di tujuh kecamatan. Sebanyak 5.911 KK atau 16.006 jiwa terdampak, dengan 4.844 rumah warga dan 98 fasilitas umum ikut terendam. Terdapat pula 200 jiwa yang harus mengungsi akibat genangan yang tak kunjung surut.
“Secara keseluruhan, banjir telah merendam 168 desa/kelurahan di 23 kecamatan dengan total 43.633 KK atau 133.142 jiwa terdampak,” lanjut Toyib. Ia juga mencatat 21.284 rumah warga serta 923 unit fasilitas umum mengalami kerusakan atau terendam banjir.
BPBPK Kalteng kini terus memberikan pendampingan dan koordinasi kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di masing-masing kabupaten terdampak. Upaya ini dilakukan untuk memaksimalkan penanganan serta pencegahan dampak lanjutan dari bencana banjir.
“Jika status siaga atau tanggap darurat ditetapkan oleh kabupaten, barulah Pemerintah Provinsi dapat mengerahkan personel, logistik, serta sarana dan prasarana secara maksimal,” jelasnya.
Pihaknya juga melakukan pemantauan harian terhadap kondisi cuaca bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengingat potensi hujan di wilayah Kalimantan Tengah masih tinggi dan merata.
“Informasi kewaspadaan terus kami sampaikan kepada rekan-rekan di daerah agar satgas penanganan banjir di masing-masing kabupaten tetap aktif dalam melaksanakan tugas mereka,” tandas Toyib. []
Nur Quratul Nabila A