Belajar sambil Bertahan di Negeri Orang; Realita Mahasiswa Indonesia di Turki dalam Perspektif Psychological Feasibility dan Social Exchange Theory

Culture Shock yang paling aku rasain dulu pas masih jadi maba SI itu yang paling sulit menghadapi sistem perkuliahannya, hampir semua dosen disini ngasih nilai hanya berdasarkan hasil ujian saja. Gak ada tambahan nilai dari tugas gitu, jadi ini yang bikin kita mahasiswa indonesia kesusahan soalnya harus belajar 2x karna keterbatasan bahasa, dan bahasa turkiye sangat sulit sedangkan standart nilai kami disama ratakan dengan mahasiswa lokal turkiye.”-M, Mahasiswa S2, Semester Akhir di Bursa Uludag University.

Studi di luar negeri merupakan impian banyak pelajar Indonesia sebagai bagian dari pencapaian pendidikan global dan peningkatan kompetensi masa depan.

Turki sebagai negara dua benua yang menghubungkan Asia dan Eropa tidak hanya menawarkan kekayaan budaya dan sejarah yang luar biasa, tetapi juga sistem pendidikan tinggi yang diakui secara internasional (Yildiz & Balyer, 2021).

Namun, realitas yang dihadapi mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan tinggi di Turki sering kali jauh dari harapan ideal, khususnya dalam aspek adaptasi akademik dan sosial.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi mahasiswa Indonesia di Turki adalah culture shock dan hambatan bahasa.

Bahasa Turki yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari dan pembelajaran menjadi penghalang signifikan dalam memahami materi akademik serta menjalin interaksi sosial.

Seperti yang ditegaskan oleh Hammer (dalam Frandawati, 2009), jika siswa yang belajar di luar negeri akan menghadapi masalah dengan prestasi akademik, bahasa, tempat tinggal, masalah ekonomi, ketidakmampuan untuk diterima secara sosial, kesehatan mental, rekreasi, dan stabilitas rasial.

Dalam mengatasi budaya dan lingkungan baru mahasiswa Indonesia akan dihadapkan pada banyak masalah dari latar belakang budaya yang berbeda.

Sistem pendidikan di Turki pun berbeda secara fundamental dari sistem di Indonesia.

Penilaian yang sepenuhnya bergantung pada hasil ujian akhir tanpa adanya akumulasi dari tugas atau partisipasi kelas menyebabkan mahasiswa asing mengalami tekanan akademik yang berat.

Dalam kondisi ini, banyak mahasiswa merasa tertinggal dibandingkan mahasiswa lokal, yang sudah terbiasa dengan sistem dan bahasa pengantar.

Ketegangan ini berpotensi menimbulkan kecemasan akademik, rasa tidak mampu, bahkan burnout.

Konsep psychological feasibility, yang berakar dari teori Self-Determination Theory (Deci & Ryan, 1985), menjadi penting dalam memahami bagaimana mahasiswa menavigasi tekanan tersebut.

Psychological feasibility merujuk pada sejauh mana individu merasa mampu atau layak secara psikologis untuk bertahan dan berkembang dalam lingkungan asing.

Dua elemen utama yang terkandung dalam konsep psychological feasibility ini adalah selfefficacy dan strategi koping emosional.

Self-efficacy, atau keyakinan terhadap kemampuan diri, memiliki peran kunci dalam keberhasilan mahasiswa menghadapi tantangan pendidikan di luar negeri.

Bandura (1997) menyatakan bahwa keyakinan ini dibentuk melalui pengalaman keberhasilan kecil, modeling dari individu lain, persuasi sosial, serta interpretasi kondisi fisiologis.

Dalam konteks mahasiswa Indonesia di Turki, keberhasilan sederhana seperti lulus ujian bahasa atau mampu berdiskusi dalam bahasa Turki menjadi dasar penting dalam membangun rasa percaya diri.

Penelitian oleh Pajares (2002) juga menunjukkan bahwa self-efficacy berkorelasi positif dengan strategi belajar yang efektif, resiliensi terhadap stres, dan pencapaian akademik. Selain self-efficacy, strategi koping emosional juga menjadi aspek penting dari psychological feasibility.

Menurut Deci dan Ryan (2000), individu yang mampu menjaga keseimbangan emosional lebih adaptif dalam lingkungan baru.

Strategi koping ini mencakup peer support, yaitu membangun dukungan sosial dengan sesama mahasiswa dari latar belakang yang sama, serta cognitive reframing, yakni memandang tekanan sebagai tantangan yang dapat membentuk ketahanan pribadi.

Dalam upaya mempertahankan adaptasi, perspektif Social Exchange Theory (SET) turut memperkaya pemahaman terhadap perilaku mahasiswa Indonesia dalam membangun dan mempertahankan relasi sosial.

Blau (1964) menyatakan bahwa setiap hubungan sosial merupakan pertukaran sumber daya, di mana individu mempertimbangkan manfaat (rewards) dan biaya (costs) dari relasi tersebut.

Dalam konteks ini, mahasiswa Indonesia cenderung menjalin hubungan yang memberikan dukungan emosional, informasi akademik, dan rasa keterhubungan yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka.

Penelitian Homans (1958) juga menegaskan bahwa individu akan terus terlibat dalam hubungan yang dianggap “menguntungkan” secara sosial dan emosional.

Dengan demikian, interaksi mahasiswa Indonesia di Turki tidak hanya didorong oleh kebutuhan untuk bertahan secara akademik, tetapi juga oleh pertimbangan sosial, di mana kualitas hubungan interpersonal memberikan dampak terhadap resiliensi psikologis mereka.

Relasi yang suportif tidak hanya meringankan beban akademik dan emosional, tetapi juga memperkuat rasa kebermaknaan dan keterikatan terhadap lingkungan belajar baru.

Kesimpulan

Adaptasi mahasiswa Indonesia di Turki tidak terlepas dari kompleksitas tantangan yang bersifat internal maupun eksternal.

Kendala bahasa, sistem akademik yang berbeda, serta tekanan emosional memerlukan ketahanan psikologis yang kuat.

Dalam hal ini, psychological feasibility melalui penguatan self-efficacy dan strategi koping emosional menjadi modal penting.

Di sisi lain, social exchange theory juga menjelaskan pentingnya membangun hubungan interpersonal yang saling menguntungkan sebagai bentuk dukungan adaptif.

Oleh karena itu, program persiapan studi luar negeri sebaiknya tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga pelatihan kesiapan psikologis dan sosial sebagai bekal dalam menghadapi realita hidup di negara asing. []

Penulis:

– Aulya Nadlira Alfasya (Mahasiswi Magister Psikologi Sains Ubaya)

– Bapak Frikson C. Sinambela (Dosen Magister Psikologi Sains)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *