Bolsonaro Dipasang Gelang Kaki, Dilarang Keluar Malam

BRASÍLIA – Mahkamah Agung Brasil mengeluarkan perintah tegas terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro di tengah penyelidikan atas dugaan keterlibatannya dalam upaya kudeta pascapemilu 2022.
Perintah tersebut mencakup pemakaian gelang kaki elektronik, pembatasan aktivitas malam hari, serta larangan berkomunikasi dengan diplomat asing dan terdakwa lainnya, termasuk putranya sendiri, Eduardo Bolsonaro.
Putusan ini dikeluarkan oleh Hakim Mahkamah Agung Alexandre de Moraes pada Jumat (18/7/2025), tak lama setelah aparat keamanan Brasil menggeledah kediaman pribadi Bolsonaro dan kantor pusat partainya.
Dalam penggeledahan itu, polisi menemukan uang tunai sebesar 14.000 dolar AS (sekitar Rp 228,5 juta), yang diklaim Bolsonaro sebagai dana legal.
Meskipun menyangkal niat untuk melarikan diri, Mahkamah Agung menyatakan bahwa Bolsonaro merupakan pihak yang berisiko kabur dan memiliki kapasitas mempengaruhi jalannya penyelidikan.
Ia juga dilarang menggunakan media sosial dan mengunjungi kantor kedutaan besar negara asing.
Kasus ini bermula dari dugaan bahwa Bolsonaro, yang dikenal sebagai sekutu dekat mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, berupaya mempertahankan kekuasaan melalui cara-cara inkonstitusional usai kalah dalam pemilu 2022 dari rival politiknya, Presiden Luiz Inácio Lula da Silva.
Menanggapi perkembangan ini, Trump menyerukan penghentian penyidikan terhadap Bolsonaro melalui platform Truth Social dan mengancam akan mengenakan tarif 50 persen terhadap produk Brasil.
Tanggapan keras datang dari Presiden Lula, yang menyebut pernyataan Trump sebagai bentuk pemerasan terhadap kedaulatan Brasil.
“Tidak ada orang asing yang akan memberi perintah kepada presiden ini,” tegas Lula di hadapan para pendukungnya.
Ia juga mengisyaratkan kemungkinan pemberlakuan tarif balasan terhadap produk-produk Amerika Serikat, termasuk dari sektor teknologi.
Ketegangan antara kedua negara meningkat, menyusul respons publik Brasil yang menolak segala bentuk intervensi asing.
“Para pengamat Amerika Serikat meremehkan kekuatan nasionalisme Brasil,” ujar Oliver Stuenkel, pengamat politik dari Universitas FGV.
Sementara itu, Eduardo Bolsonaro, yang kini berada di AS, diketahui aktif menggalang dukungan dari kubu konservatif Amerika, termasuk Trump, untuk menekan pemerintahan Brasil.
Namun berdasarkan putusan terbaru, Jair Bolsonaro dilarang berkomunikasi langsung dengan Eduardo maupun pihak lain yang berstatus terdakwa. []
Nur Quratul Nabila A