Cacing Seukuran Kelingking Keluar dari Tubuh Bocah Bengkulu

REJANG LEBONG – Kasus seorang bocah berusia enam tahun di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Curup Utara, Bengkulu, yang diduga menderita penyakit cacingan, kembali membuka mata publik tentang rapuhnya kesehatan anak-anak di daerah dengan fasilitas sanitasi terbatas.
Bocah berinisial F kini dirawat intensif di RSUD Rejang Lebong sejak Kamis (02/10/2025) pagi. Kondisinya memburuk setelah mengalami demam tinggi lebih dari sepekan, disertai gangguan buang air besar. Bahkan, keluarnya cacing dari tubuhnya membuat keluarga panik hingga melapor ke Puskesmas Kampung Delima, sebelum akhirnya dirujuk ke rumah sakit.
Plt Direktur RSUD Rejang Lebong, Nova Friska Elianti, M.Kes melalui Kasi Pelayanan Medis, Wendra Aprizal, menyampaikan bahwa F saat ini berstatus suspect cacingan. “Saat ini masih dalam tahap pemeriksaan lanjutan. Dari hasil awal memang ada infeksi bakteri, tetapi penyebab pastinya belum bisa dipastikan. Dugaan sementara lebih mengarah ke cacingan,” ujarnya.
Menurut Wendra, pasien masih menjalani pemeriksaan laboratorium, termasuk tes darah dan analisis feses. Rontgen juga dilakukan untuk memastikan tidak ada komplikasi lain. Meski begitu, kondisi umum anak relatif stabil dan tidak mengancam nyawa. “Kami periksa menyeluruh, baik rontgen maupun labor, kita masih tunggu hasil pastinya,” tambahnya.
Kasus F mendapat perhatian langsung dari dokter spesialis anak, dr Vebri Valentania, Sp.A. Ia memastikan pasien akan dirawat beberapa hari ke depan dengan pengawasan ketat. “Kondisinya tidak parah, tidak mengancam jiwa, dokter spesialis anak yang langsung menanganinya. Penanganan diberikan agar tidak timbul komplikasi lain,” jelasnya.
Perawatan intensif diharapkan mampu memulihkan kondisi F secara bertahap. Namun, kasus ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya menjaga pola hidup bersih, karena cacingan merupakan penyakit yang rentan menyerang anak-anak, terutama di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.
Ibu korban, Titin, menceritakan bahwa F sebelumnya mengalami gatal-gatal dan demam. Kondisi semakin mengkhawatirkan ketika setiap kali buang air besar, cacing hidup berukuran seukuran kelingking ikut keluar. “Ini sudah ketiga kalinya, tahun lalu pernah, empat bulan lalu juga, dan sekarang kambuh lagi,” ungkapnya.
Menurutnya, meski jumlah cacing yang keluar tidak banyak, ukuran yang besar membuat keluarga sangat cemas. “Iya, cukup besar cacingnya, sekitar seukuran kelingking itu, memang tidak banyak tapi besar,” katanya.
Selain menderita cacingan, F ternyata juga menghadapi kondisi stunting dan disabilitas. Hingga usianya enam tahun, ia belum bisa berjalan maupun berbicara normal. Situasi semakin berat karena keterbatasan ekonomi keluarga.
Rumah sederhana mereka berdinding papan tanpa fasilitas MCK, sehingga mandi dan mencuci dilakukan di sungai terdekat. Akses menuju puskesmas pun jauh, sehingga pelayanan kesehatan sulit dijangkau. Ayah dan ibu F, Kulya dan Titin, sehari-hari bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan pas-pasan.
“Tidak ada MCK di rumah, pelayanan kesehatan sudah lama memang tidak, tapi dulu pernah minum obat cacing,” kata Titin.
Kini, F masih dirawat di RSUD Rejang Lebong. Tim medis terus memantau kondisi fisiknya yang lemah akibat kombinasi cacingan, disabilitas, dan stunting. Kasus ini tidak hanya menjadi perhatian medis, tetapi juga menegaskan perlunya peningkatan sanitasi, gizi, dan akses kesehatan bagi masyarakat pedesaan. []
Siti Sholehah.